Universitas Gadjah Mada menjalin kerja sama dengan Universite Le Havre Normandie (ULHN), Perancis, dalam bidang pendidikan dan riset di bidang studi logistik dan kemaritiman. Kesepakatan tersebut dituangkan dalam perjanjian Nota Kesepahaman yang ditandatangani oleh Wakil Rektor Bidang Penelitian, Pengembangan Usaha, dan Kerja Sama, Ignatius Susatyo Wijoyo, dan Rektor ULHN, Pedro Lages Dos Santos,Ph.D., Senin (29/5), di Ruang Sidang Pimpinan, Gedung Pusat UGM.
Dalam perjanjian Nota Kesepahaman tersebut, kedua universitas setuju untuk mengembangkan kerja sama terutama dalam kerangka pelatihan dan penelitian. Kegiatan pelatihan terkait dengan pelatihan awal, pelatihan pemagangan, atau pelatihan seumur hidup dapat menyangkut pertukaran staf dan siswa, misi pengajaran, ijazah bersama, seminar, keahlian teknik dan pedagogis, bantuan magang dan tindak lanjut dari perjanjian magang.
Di bidang penelitian, dimungkinkan adanya kegiatan pertukaran staf dan mahasiswa jenjang doktor, kolaborasi riset, magang di laboratorium universitas atau kursus pelatihan di laboratorium, penyelenggaraan acara ilmiah, perancangan proyek penelitian ilmiah dan publikasi bersama.
Wakil Rektor UGM, Ignatius Susatyo Wijoyo, mengatakan perjanjian kerja sama ini menjadi tonggak sejarah baru hubungan kerja sama antara UGM dan Le Havre. UGM dan Le Havre, kata Ignatius, memulai inisiatif kerja sama di tingkat universitas pada tahun 2013, lalu Nota Kesepahaman pertama ditandatangani pada tahun 2014 dan diperbaharui pada tahun 2017. Perjanjian saat itu ditunda karena pandemi. “Namun, saya sangat senang hari ini kami dapat melanjutkan inisiasi tersebut setelah kunjungan tiga perwakilan dari Le Havre pada bulan April 2023,” ujarnya.
Menurut Ignatius, peluang ruang lingkup bidang kerja sama yang bisa dilaksanakan meliputi bidang logistik, manajemen rantai pasokan, pengembangan energi terbarukan, teknik sipil, dan sastra Perancis. Bagi Ignatius, penandatanganan nota kesepahaman ini bukanlah aspek yang paling penting dari hubungan kemitraan, melainkan pada tingkat implementasinya.
“Saya ingin menggunakan kesempatan ini untuk mendorong UGM dan pusat-pusat penelitian di bawah naungannya untuk menindaklanjuti implementasi nota kesepahaman ini,” tegasnya.
Perwakilan dari Le Havre University, Pedro Lages Dos Santos menuturkan bahwa universitas Le Havre Normandie didirikan pada tahun 1984, saat ini memiliki 10.000 mahasiswa dan merupakan bagian dari Normandy University yang memiliki 80.000 mahasiswa dan 3.000 peneliti. “Selama bertahun-tahun, universitas kami telah menjadi salah satu pusat penelitian utama dalam bidang pelabuhan dan maritim,” paparnya.
Bahkan, Universitas Le Havre Normandie sekarang menjadi universitas pertama dengan jumlah peneliti terbesar yang bekerja pada isu-isu tersebut. Hal ini berkat eksistensi Institut Studi Logistik, yang didirikan pada tahun 1994. “Di institut ini, universitas kami melatih para insinyur logistik dari seluruh dunia dengan standar yang sangat tinggi,” katanya.
Ia menegaskan, universitas Le Havre saat ini mendorong peningkatan hubungan kerja sama internasional. Meski sudah lama menjalin kerja sama di berbagai kampus di benua Asia, namun Universitas Le Havre memutuskan untuk lebih memperkuat kerja sama di kawasan Asia Tenggara. “Inilah alasan kami mengunjungi Indonesia. Kami senantiasa menjaga hubungan baik selama bertahun-tahun dengan Indonesia. Saya sepakat, MoU ini bukanlah landasan, ini hanyalah awal yang nantinya dapat diwujudkan dalam bentuk pembukaan gelar ganda atau mungkin program Erasmus plus dengan universitas mitra yang diperkuat di bidang penelitian, menjadi hal penting bagi kami,” pungkasnya.
Penulis : Gusti Grehenson
Foto : Donnie