Penyakit pulpa dan periapikal gigi masih menjadi persoalan kesehatan bagi masyarakat Indonesia. Data Kesehatan Indonesia menunjukkan penyakit ini menduduki urutan ketujuh penyakit rawat jalan di Indonesia pada tahun 2010.
Perawatan endodontik banyak dilakukan dalam merawat jaringan pulpa dan jaringan periapikal gigi baik secara bedah maupun non-bedah. Seiring dengan masih tingginya penyakit pulpa dan periradikuler di Indonesia, perkembangan material dan alat kedokteran gigi, khususnya dalam bidang endodontik juga berlangsung sangat cepat.
Guru Besar bidang Konservasi Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi UGM, Prof. drg. Diatri Nari Ratih, M.Kes., Sp.KG(K)., Ph.D., menyampaikan saat ini banyak dilakukan penelitian terhadap material dalam bidang endodontik yang dikembangkan memanfaatkan bahan alam yang mudah didapat serta menekan polusi dari sumber yang digunakan. Salah satunya limbah hasil laut seperti kulit dan kepala udang maupun cangkang kepiting yang berpotensi dibuat menjadi kitosan.
“Kitosan ini memiliki sifat anti bakteri terhadap Enterococcus faecalis (E. faecalis), Porphyronomas gingivalis, Prevotella intermedia, dan Actinobacillus actinomycemcomitans,” terangnya saat menyampaikan pidato pengukuhan jabatan Guru Besar UGM berjudul Pengembangan Nano Kitosan untuk Perawatan Endodontik di Balai Senat UGM, Selasa (30/5).
Ia menyebutkan dalam melakukan perawatan endodontik, salah satu yang terpenting adalah peran dari material yang digunakan. Material yang digunakan sebaiknya bersifat antibakteri. Nano kitosan digunakan dalam perawatan endodontik karena mempunyai sifat antibakteri yang tinggi, terutama terhadap bakteri an- aerob (E. faecalis).
Aplikasi penggunaan material dalam bidang kedokteran gigi, khususnya endodontik, lanjutnya, juga diarahkan untuk dibuat dalam bentuk nano. Menyitir penelitian Raura dkk., 2020 disebutkan bahwa penggunaan nanopartikel dapat memberikan kemajuan dalam mencegah dan merawat infeksi gigi, terutama yang berhubungan dengan antibakterinya. Selain itu, penggunaan material nano kitosan ini diharapkan tidak mengubah sifat fisik dan mekanis dari gigi yang dilakukan perawatan endodontik. Dengan demikian, perawatan endodontik dapat berhasil.
“Gigi dapat berfungsi kembali di dalam mulut, dan akhirnya gigi dapat dipertahankan selama mungkin di dalam mulut,”terangnya.
Lebih lanjut ia menyampaikan penggunaan nano kitosan sebagai larutan irigasi, medikamen sterilisasi, dan sebagai siler dalam obturasi saluran akar berpotensi dapat diaplikasikan dalam perawatan endodontik. Dengan begitu, dapat tercapai Triad Endodontik yang adekuat sehingga perawatan endodontik dapat berhasil optimal. Di samping itu, penggunaan nano kitosan sebagai material dalam perawatan endodontik, khususnya perawatan saluran akar, merupakan salah satu cara untuk mendukung program pemerintah yang mencanangkan tingkat komponen dalam negeri dalam suatu produk (TKDN), yaitu minimal 25%.
Penulis: Ika
Foto: Firsto