Rumah Sakit Akademik (RSA) UGM terus berkomitmen tinggi dalam memberikan pelayanan kesehatan paripurna kepada masyarakat dan selalu siap bekerja untuk kemanusiaan. Seperti di masa Pandemi Covid-19 lalu, RS Akademik UGM ditunjuk sebagai rumah sakit rujukan Covid-19 di Daerah Istimewa Yogyakarta dan mulai melakukan layanan Covid-19 pada 14 Maret 2021. Di saat terjadi lonjakan kasus Covid-19, RSA UGM menyediakan 467 bed dan Lab Diagnostik COVID 24 jam baik untuk pemeriksaan antigen dan RT-PCR untuk penanganan pasien yang terindikasi Covid-19.
Selain itu, RSA UGM juga menyedikan gedung khusus perawatan COVID di RSA terpisah dengan layanan reguler. Dari mulai pendaftaran, kasir, apotek, poliklinik, rawat inap hingga Intensive care unit (ICU) sengaja dikhususkan menangani pasien covid-19. Bahkan semua petugas menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) level tiga sesuai standar yang ditetapkan oleh WHO.
Atas kontribusi ikut serta dalam penanggulangan Covid-19 di masa pandemi lalu, RSA UGM mendapat penghargaan PPKM Award dari Kementerian Kesehatan sebagai Rumah Sakit dengan Performa Tata Kelola Covid-19 Terbaik di Regional Jawa dan Bali. Penghargaan diberikan pada bulan 20 Maret lalu di Jakarta oleh Menteri Kesehatan RI Budi Sadikin.
Dirut RSA UGM, Dr. dr. Darwito, SH, SpB (K) Onk., mengaku tidak menyangka bahwa pelayanan yang diberikan oleh RSA dalam membantu pemerintah menanggulangi penularan Covid-19 mendapat perhatian dan apresiasi dengan adanya penghargaan tersebut. Ia pun mengaku bersyukur atas penghargaan tersebut sebagai hasil dari capaian dan kontribusi para tenaga kesehatan yang tidak pernah lelah untuk bekerja dan berjuang mengobati pasien Covid-19 agar bisa sembuh dan sehat kembali.
“Kita tidak menyangka akan mendapat penghargaan ini. Tentu bukan tujuan kami, namun pada prinsipnya kita selalu berkomitmen mengerahkan sumber daya, baik itu SDM, fasilitas, dan mencoba melakukan hal yang bisa kami lakukan untuk supaya penanganan pasien Covid-19 jadi lebih baik pada waktu itu,” kata Darwito kepada wartawan, Jumat (1/6).
Menurtu Darwito, RSA UGM tidak hanya merawat pasien yang datang berobat ke rumah sakit, namun juga memberikan pelayanan bagi pasien yang melakukan isolasi di lokasi yang ditunjuk oleh pihak UGM. “Saat itu UGM menunjuk hotel UC (University Club) dan Wisma Kagama sebagai pusat merawat pasien yang mulai membaik, namun dalam pengawasan. Kita jadikan sebagai rumah sakit lapangan selain ada asrama mahasiswa. Ternyata apa yang kita lakukan menginspirasi RS yang lain mendirikan shelter yang terhubung dengan rumah sakit,” kenangnya.
Meski kasus penyebaran Covid-19 sudah mulai menurun di DIY, RSA UGM tetap menyediakan perawatan bagi pasien Covid-19 yang mau berobat. Sedangkan dua gedung dengan ratusan bed dan lab diagnostic yang diperuntukan untuk pasien Covid-19 sebelumnya kini sudah dialihkan penggunaannya untuk pelayanan non Covid-19 yang meliputi kunjungan Poliklinik, Homecare, Rehabilitasi Medik dan Hemodialisa.
Seperti diketahui, dalam Laporan Rektor UGM tahun 2022 lalu disebutkan bahwa jumlah kunjungan rawat jalan hingga Oktober 2022 sebanyak 99.882 kunjungan, dengan rata-rata kunjungan rawat jalan per bulan sebanyak 9.989 kunjungan. Sementara itu, jumlah kunjungan IGD pada periode yang sama sebanyak 17.758 kunjungan dengan rata-rata kunjungan per bulan sebanyak 1.776 kunjungan. Bed Occupation Rate (BOR) yang memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit menunjukkan sebesar 45.1%, dengan total kunjungan rawat inap sebesar 10.363 kunjungan.
RSA UGM juga diketahui sudah mendapatkan capaian akreditasi PARIPURNA untuk Indikator Kinerja Kunci “RS Terakreditasi Nasional”. Hasil capaian PARIPURNA merupakan hasil capaian tertinggi dalam akreditasi nasional rumah sakit. Akreditasi merupakan pengakuan terhadap mutu pelayanan rumah sakit, setelah dilakukan penilaian bahwa rumah sakit telah memenuhi standar akreditasi. Hal ini bertujuan untuk kesinambungan peningkatan mutu dan keselamatan pasien rumah sakit.
Penulis : Gusti Grehenson