Fakultas Ilmu Budaya UGM menyelenggarakan Program Pengayaan Bahasa LPDP Batch I Tahun 2024. Program Pengayaan Bahasa diikuti 37 mahasiswa yang berasal dari berbagai perguruan tinggi di seluruh Indonesia.
Pembukaan Program Pengayaan Bahasa LPDP oleh Dekan FIB UGM, Prof. Dr. Setiadi, M.Si., berlangsung di Gedung Soegondo Ruang 709 Lantai 7 Fakultas Ilmu Budaya UGM, Selasa (20/2).
Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Budaya UGM, Dr. Nur Saktiningrum, S.S., M.Hum., menyampaikan program pengayaan bahasa kerja sama dengan LPDP sudah berjalan cukup lama. Program ini dilaksanakan salah satunya bertujuan untuk mendukung pencapaian poin 4 SDGs yang berkaitan dengan Pendidikan Berkualitas.
Hanya saja untuk kali ini dinilai sangat istimewa karena dibuat kelas khusus bersama dengan teman-teman difabel. “Terus terang ketika diberi amanah itu kita sempat berpikir mampu tidaknya. Karena kalau 1 atau 2 mahasiswa disabilitas kuliah di kelas-kelas reguler itu sudah biasa untuk kita,” ujar Nur Saktiningrum.
Untuk kali ini, mereka yang berkebutuhan khusus masing-masing berbeda. Ada yang disabilitas karena kondisi fisik, namun ada juga yang harus berkebutuhan khusus untuk sosial, kondisi psikologis dan lain-lain.
Bagi Nur Saktiningrum kondisi ini tentunya menjadi tantangan tersendiri dan FIB UGM. Sebagai tantangan maka segala sesuatunya harus dipersiapkan dan FIB UGM sudah mempersiapkan sejak lama.
“Sebagai bentuk persiapan kita pun meminta dari Unit Pelayanan Disabilitas UGM untuk meninjau fasilitas. Kita pun melakukan berbagai perbaikan atas berbagai usulan dari Unit Pelayanan Disabilitas UGM,” terangnya.
Dr. Aprillia Firmonasari, S.S.,M.Hum., D.E.A, Koordinator Foreign Languages Learning Service, menambahkan sebanyak 37 peserta Program Pengayaan Bahasa ini terdiri dari 12 peserta disabilitas dan akan belajar IELTS selama 6 bulan. Sedangkan 25 peserta lainnya merupakan peserta yang akan belajar Toefl selama 4 bulan.
“Ini merupakan para peserta hasil seleksi LPDP yang diikuti ribuan peminat. Mereka yang mengikuti IELTS ini nantinya akan meneruskan studi magister (S2) di luar negeri, sedangkan mereka yang belajar Toefl akan menempuh studi dalam negeri,” paparnya.
Penulis : Agung Nugroho
MBKM
IKU 7 Kelas yang Kolaboratif dan Partisipatif