Tim Tari UGM berhasil meraih juara I dalam Pekan Seni Mahasiswa Daerah (Peksimida) ke-11. Kemenangan tersebut menghantarkan tim tari UGM menjadi wakil Provinsi DIY untuk mengikuti ajang serupa di tingkat nasional atau Pekan Seni Mahasiswa Nasional (Peksiminas) yang akan berlangsung pada 1-6 Juli mendatang di Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Dalam seleksi daerah yang digelar di Universitas Sanatha Dharma (USD) Yogyakarta 25 Mei lalu, diikuti sembilan kongtingen dari tujuh universitas di DIY. Selain UGM juga diikuti tim dari Universitas Negeri Yogyakarta, Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, Universitas Sanata Dharma, Universitas Ahmad Dahlan, Universitas Atma jaya Yogyakarta, dan IKIP PGRI. “Di selekda tari kemarin UGM mengirimkan 1 tim yang membawakan tari Candu Raras dan berhasil menjadi juara I yang selanjutnya akan mewakili DIY di Peksiminas XI di NTB bulan Juli mendatang,†kata Ketua Produksi Tim Tari UGM, Dani Trisno Nugroho, Selasa (29/5) di Kampus UGM.
Dani menyampaikan Tari Candu Raras merupakan tarian hasil karya koreografer Lita Sudiati, yang merupakan penari dari Unit Kesenian Jawa Gaya Surakarta (UKJGS) UGM. Sedangkan untuk penata iringan digarap oleh Tatag Waruju Wikan Priangga, dan penata kostum oleh Robi Aji Trisantoso yang keduanya juga merupakan anggota UKJGS. Sementara tim tari Candu Raras beranggotakan tujuh orang dari unit kegiatan mahasiswa Tari Bali, Swagayugama, dan UKJGS UGM. Ketujuh penari tersebut adalah Lita Sudiati, Odila Tamioyi, Lucky Krisnawati Utami, Narulita Ayu S. K. Sholiha Wardati, Hesty Budi Nugraheni dan Dian Kusuma Wardani.
“Tim tari ini merupakan gabungan dari tiga unit kegiatan mahasiswa (UKM) UKJGS, Swagayugama, dan Tari Bali yang telah diseleksi terlebih dulu,â€jelas mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional Angkatan 2009 ini.
Lebih lanjut dikatakan Dani, persaingan dalam selekda tari beberapa waktu lalu terbilang cukup ketat. Pasalnya diikuti oleh sejumlah perguruan tinggi yang mengirimkan tim tari yang berkualitas dan sering menjadi langganan juara. “Kami tak menyangka bisa menjadi yang terbaik karena tim yang lain juga menampilkan tarian yang bagus. Yang jelas kami selalu berusaha menampilkan yang terbaik dalam setiap pementasan maupun kompetisi, termasuk pada selekda kemarin†terangnya.
Disebutkan, pesaing terberat dalam kompetisi tersebut adalah tim dari ISI dan UNY yang notabene kerap menjadi langganan juara dan memang mendalami bidang tersebut. “ Pesaing terberat dari ISI. Mereka mengirimkan dua tim yang akhirnya meraih juara II dan III,†ujar Dani.
Menurutnya, tim tari UGM bisa menjadi juara pertama karena menampilkan tarian secara utuh dalam bentuk simbol gerakan. Sementara itu, kontingen lainnya justru menampilkan tarian yang bersifat dramatikal dan artifisial. “Kebanyakan tim lain terjebak menyuguhkan tarian yang banyak menggunakan bahasa lisan dalam pertunjukkannya. Sementara kami mementaskan pertunjukan tari dalam simbol gerak dan koreografi,†urainya.
Guna menghadapi Peksiminas mendatang, tim tari UGM saat ini terus berlatih dan melakukan beberapa penyempurnaan tarian. Berusaha memasukan lebih banyak unsur Yogyakarta ke dalam tari Candu Raras. “ Targetnya bisa masuk ke lima besar di Peksiminas, bahkan kalau bisa meraih juara,†jelasnya.
Tari Candu Raras yang berdurasi sekitar 12,5 menit ini bercerita tentang para penari cantik yang bisa membuat penonton ketagihan dan terinspirasi dari kesenian rakyat Taledhek, atau yang kita kenal sebagai Ledhek. Kesenian Ledhek sudah ada sejak jaman Jawa Kuno tercatat pada Prasasti Poh 905 Masehi. Digambarkan pula pada Relief Karmawibhangga yang terdapat pada Candi Borobudur yang menggambarkan sekelompok gadis cantik yang menari di keramaian dengan diiringi musik gamelan dari satu tempat ke tempat lain. Pada masanya, tarian ini menjadi sarana hiburan yang sangat digemari bahkan menjadi suatu kebanggaan bagi orang yang menjadi tuan rumah pertunjukan Ledhek. Namun dewasa ini kesenian Ledhek semakin meredup dan hilang ditelan perkembangan jaman.â€Rara mabhramana tinonton si werehwerehnya, Gadis cantik yang berkeliling untuk menari dan ditonton oleh para lelaki. Candu Raras datang kemari, kami menari memikat hati,†pungkasnya.
Manajer Gelanggang UGM, Wahyu Sujarwo, S.IP.,menyampaikan dari 15 kategori yang diperlombakan dalam peksimida, UGM hanya mengirimkan tim dalam 9 kategori lomba. Selain tari, UGM juga mengirimkan perwakilan dalam kategori vocal group, komik strip, nyanyi pop, penulisan cerpen, penulisan puisi, baca puisi, monolog, dan nyanyi keroncong. Dari 9 kategori yang diikuti, selain tari yang berhasil menjadi juara I, prestasi juga diraih dari beberapa kategori lainnya, meskipun tidak segemilang yang diperoleh tim tari. Prestasi tersebut diraih dari kategori vocal group yang berhasil meraih juara II, Baca Puisi Pria dan Nyanyi Keroncong Pria yang sama-sama memperoleh juara III, serta Nyanyi Pop Pria meraih Juara III dan Harapan I. Selanjutnya Monolog meraih harapan I dan II, Penulisan Puisi dan Penulisan Cerpen meraih Juara Harapan I. (Humas UGM/Ika)