YOGYAKARTA-Pengembangan hibrida anggrek (Gama Anggrek) yang merupakan hasil persilangan Vanda Tricolor dan Vanda Limbata menunjukkan hasil yang menggembirakan. Dr.rer.nat. Ari Indrianto, S.U. selaku peneliti anggrek dari Fakultas Biologi UGM menuturkan dari hasil penaburan biji diperoleh 30 botol bibit. Dari jumlah tersebut, yang tidak terkontaminasi sebanyak 25 botol. “20 botol di antaranya mulai terlihat adanya protocorm yang tumbuh dengan baik. Hal ini menunjukkan hasil persilangan telah diperoleh hibrida Gama Anggrek,†kata Ari dalam Monitoring dan Evaluasi Incubation Research Grant on Excellent Tropical Orchids, Program Indonesia Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (I-MHERE) Fakultas Biologi UGM, Kamis (31/5).
Ari bersama dengan Aries Bagus Sasongko, S.Si., M.Biotech. dan Apriliana Dyah Prawestri merupakan tim peneliti penerima hibah research inkubasi program I-MHERE Fakultas Biologi. Mereka mengangkat judul penelitian Usaha Bibit Anggrek Alam Botolan dan Kompot. Lebih lanjut Ari mengatakan selain telah berhasil mengembangkan hibrida anggrek, tingkat keberhasilan bibit anggrek botolan Dendrobium yang dikeluarkan dari botol dan ditanam kompotan dalam melewati masa aklimatisasi masih rendah. Dari 30 bibit anggrek dalam 1 kompot, sampai saat ini hanya tersisa paling banyak 7 bibit yang bertahan berhidup.
Perlakuan formaldehyde pada semua konsentrasi yang dicobakan tidak efektif menanggulangi kematian selama periode aklimatisasi. Bibit memperlihatkan gejala melepuh pada daun dan batangnya, kemudian mati. “Berbeda dengan bibit anggrek botolan Dendrobium, pada Phalaenopsis tingkat keberhasilan dalam melewati masa aklimatisasi mencapai 100%, bibit kompot dan single pot Phalaenopsis tampak segar dan gegas,†terang Ari.
Diakui Ari bahwa pembuatan bibit anggrek alam dan hasil silangannya selama ini belum mendapat perhatian khusus di masyarakat, padahal kebutuhannya sangat mendesak. Kondisi ini menghasilkan suatu peluang agrobisnis yang menggiurkan. Ari melihat penyediaan bibit anggrek alam hasil budidaya dapat menurunkan ketergantungan masyarakat pada anggrek alam di habitatnya sekaligus mempertahankan kelestarian anggrek alam.
Sementara itu, PIC program I-MHERE aktifitas 2.1.2 Fakultas Biologi UGM, Dr. Budi S. Daryono, M.Agr.Sc., menuturkan monitoring dan evaluasi ini merupakan kelanjutan dari program I-MHERE Fakultas Biologi yang telah berlangsung pada 2010 dan 2011 lalu. Program I-MHERE yang berfokus pada pengembangan tanaman anggrek ini juga melibatkan beberapa perguruan tinggi lain, seperti Universitas Udayana, Untan, Unlam, dan Unhas. “Program kita memang fokus pada pengembangan anggrek. Selain research, dari sisi bisnis anggrek juga menjanjikan. Salah satunya ialah bagaimana membudidayakannya dengan teknik kultur jaringan pada anggrek di seluruh Indonesia,†tutur Budi. (Humas UGM/Satria AN)