YOGYAKARTA-Semua presiden di Indonesia memiliki sisi kontroversial. Soeharto, salah satunya. Namun, di luar kontroversinya, Soeharto memiliki estetika kehidupan sebagai seorang presiden yang tidak banyak didengar dan diketahui oleh khalayak. Paling tidak ini dapat dilihat dari kisah seorang pengamen bernama Munari Ari yang waktu itu suka menumpang tidur di kamar mayat RSCM. Ia hafal pada setiap Rabu dan Jumat Pak Harto melintas daerah tersebut ketika akan bermain golf. Kala itu, muncullah gagasan nakal, tetapi brilian bagaimana cara Munari dapat mendekati Pak Harto. Dengan beragam cara, Munari dan beberapa kawannya berhasil berjajar di tepi jalan raya saat iring-iringan mobil yang membawa Pak Harto melintas. Ia lantas melakukan sikap sempurna seraya memberi hormat. Hal itu rutin dilakukannya.
Makin lama melihat sikap Munari, Pak Harto justru merespon simpatik. Suatu waktu saat melewati depan RSCM, mobil Pak Harto berjalan pelan-pelan. Tepat di depan Munari dan beberapa kawannya, Pak Harto menurunkan kaca mobil. “Saat itu Munari dan kawannya senang karena direspon Pak Harto. Bahkan, di lain waktu Munari sempat dipanggil ke rumah Mbak Tutut diperkenalkan kepada Pak Harto. Ini bukti nyata bahwa Pak Harto memang dekat dengan rakyat kecil,†terang staf pengajar Jurusan Filsafat UGM, Drs. Slamet Sutrisno, M.Si., dalam Diskusi Bedah Buku Pak Harto, The Untold Stories, yang diadakan di Fakultas Filsafat, Senin (4/6). Selain Slamet, hadir sebagai pembicara dalam bedah buku tersebut Widodo Sutiyo (penerjemah Presiden Soeharto), Irjen Pol Anton Tabah (mantan sekretaris pribadi Presiden Soeharto), dan Fahmi Idris (mantan Menteri Tenaga Kerja RI).
Tidak hanya sampai di situ. Pasca berhenti sebagai presiden, Pak Harto tidak pernah berhenti memikirkan kesejahteraan rakyatnya. Ini disampaikan oleh Hioe Husni Wirajaya, pemancing di Kepulauan Seribu yang menjadi rekan mancing Pak Harto. Setelah merasa kasihan kepada rakyat yang masih saja sulit menjalani kehidupan di masa reformasi, Pak Harto memiliki ide seribu gerobak dorong untuk menjual nasi murah. “Hitung-hitungannya dulu setiap pedagang akan dapat untung seribu rupiah per bungkusnya. Sayang, program ini tidak terealisasi karena Pak Harto keburu wafat,†kata Slamet.
Menurut Slamet Sutrisno, sosok Pak Harto juga kental dengan petuah bernuansa Jawa yang cukup bermakna, seperti “Orang hidup harus tekun, teken, dan tekanâ€, “Menjadi pejabat jangan hanya cari jenang (materi), tetapi carilah jeneng (nama baik)â€, dan “Mikul dhuwur, mendhem jeroâ€.
Sementara itu, Widodo Sutiyo selaku penerjemah Presiden Soeharto pada kesempatan itu banyak bercerita tentang pengalamannya mendampingi Pak Harto dari tahun 1968-1998. Widodo mengaku menjadi penerjemah Pak Harto secara kebetulan. Saat itu, Sekretariat Negara sedang membutuhkan orang dari Departemen Luar Negeri yang menguasai bahasa asing. “Waktu itu tanpa ada presentasi apa-apa, saya diminta ke Istana untuk mendampingi Pak Harto,” kata Widodo.
Lain lagi dengan Anton Tabah. Anton yang juga banyak berhubungan dengan Pak Harto saat itu mengungkapkan rasa sedih Pak Harto melihat reformasi yang belum banyak memberikan manfaat bagi kesejahteraan masyarakat. Menurut Anton, Pak Harto menilai reformasi tanpa visi ditakutkan akan membawa demokrasi yang tanpa arah. “Ada otonomi daerah, ada multipartai, ada nirregulasi, dan sebagainya yang justru kian membawa Indonesia banyak dilanda persoalan,†tutur Anton.
Buku Pak Harto, The Untold Stories memuat kisah sisi-sisi pribadi Soeharto dan juga foto-foto yang tak pernah dipublikasikan sebelumnya. Terdapat lebih dari 100 narasumber dalam buku setebal 600 halaman itu, termasuk mantan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Muhammad, dan mantan Presiden Filipina, Fidel Ramos. (Humas UGM/Satria AN).