Kebutuhan informasi geografi semakin tak terelakkan di Indonesia. Informasi geografi penting untuk menunjukkan keberadaan, distribusi, dan kualitas sumber daya serta fenomena spasial guna mendukung pembangunan nasional. “Sayangnya informasi geografi ini belum dikelola secara sistematis, multiskala, dan belum dijadikan sebagai dasar analisis utuh wilayah,†kata Prof. Dr. Hartono, D.E.A., D.E.S.S. saat dikukuhkan dalam jabatan Guru Besar Ilmu Penginderaan Jauh Fakultas Geografi UGM, Selasa (5/6), di Balai Senat UGM.
Dalam pidato pengukuhan berjudul Penginderaan Jauh dan Aplikasinya untuk Sumberdaya dan Lingkungan, Hartono mengatakan dalam beberapa dasawarsa terakhir pemerintah telah menertibkan sejumlah produk perundang-undangan mengenai informasi geografi. Produk yang dimaksud, antara lain, PP 10/2000 tentang Ketelitian Peta Tematik Pendukung Tata Ruang, Perpres Nomor 85/2007 tentang Jaringan Data Spasial Nasional, UU Nomor 4/2011 tentang Tata Informasi Geospasial, dan Buku II Program Pembangunan Nasional Presiden SBY Periode II. “Implementasi produk-produk tersebut secara bertahap semakin nyata. Hal ini semakin meyakinkan bahwa informasi geografi sangat penting dalam mendasari berbagai proses dan penetapan kebijakan pembangunan negara,†tutur Direktur Sekolah Pascasarjana UGM ini.
Disebutkan Hartono bahwa Sistem Informasi Geografi (SIG) membantu dalam sejumlah penelitian terkait dengan kebencanaan, seperti gempa bumi, longsor, kebakaran hutan, dan estimasi run-up tsunami. Sementara dalam bidang kesehatan, pemanfaatan SIG dapat membantu model epidemologis berbasis spasial, yakni identifikasi lokasi sumber penyakit, monitoring evaluasi, evaluasi lokasi rawan penyakit terkait dengan lingkungan dan perencanaan di bidang kesehatan masyarakat.
Lebih lanjut Hartono mengatakan pengelolaan informasi geografi untuk pembangunan wilayah perlu didukung dengan sistim penyedia data yang berkelanjutan, dalam hal ini adalah teknologi informasi geografi. Pembentukan basis data pembangunan dan kebencanaan perlu dilakukan dalam pengembangan wilayah dan penanganan bencana. Untuk itu, diperlukan hardware, software, data spasial dan numerik, sumber daya manusia yang berkualitas, prosedur kerja standar, serta mekanisme pendukung yang andal. “Pengelolaan data sumber daya dan lingkungan memerlukan teknologi informasi geografi untuk pengelolaan data geografi yang mencakup data geosfir dalam SIG yang andal. Teknologi informasi geografi ini merupakan ujung tombak yang andal bagi peran dan kiprah ilmu geografi dalam pembangunan bangsa,†pungkasnya. (Humas UGM/Ika)