Seiring dengan berjalannya waktu, akuntan Indonesia menghadapi berbagai tantangan yang lebih besar daripada tahun-tahun sebelumnya. Tantangan terbesar saat ini adalah kewajiban melaksanakan IFRS yang sudah dimulai sejak 2010. Sementara itu, di tahun 2013 para praktisi akuntan publik dituntut untuk melakukan adopsi ISA secara penuh.
Menurut Ketua Program Pendidikan Profesi Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM, Drs. Sugiarto, M.Acc., M.B.A., Ak., C.M.A., hal tersebut disebabkan keharusan perusahaan publik untuk melaksanakan transparansi pelaporan keuangan yang semakin meningkat dan good corporate governance yang semakin baik. “Tantangan-tantangan besar tersebut menjadi isu menarik yang didiskusikan oleh organisasi akuntan Indonesia saat ini. Bagaimana akuntan Indonesia akan melakukan berbagai langkah strategik agar dapat menghadapi berbagai tantangan, sekaligus menjadikan akuntan Indonesia unggul baik dari segi kualitas maupun kuantitas,” kata Sugiarto di Grha Sabha Pramana, Jumat (22/6), saat mewisuda 229 peserta Pendidikan Profesi Akuntansi.
Dikatakan bahwa tantangan-tantangan adalah kenyataan bagi mahasiswa Pendidikan Profesi Akuntansi di Indonesia pada umumnya, dan khususnya di UGM, untuk mengembangkan diri menjadi tenaga akuntan yang profesional, yang mampu memberikan solusi terhadap semua tantangan. Terkait dengan hal tersebut, Pendidikan Profesi Akuntansi FEB UGM mencoba melakukan segala usaha untuk memberikan nilai lebih terhadap lulusannya, yakni dengan memberikan model perkuliahan yang terencana dan terarah untuk capaian yang terukur, suatu jaminan mendapatkan outcome yang berkualitas. “Tentu saja tidak berhenti pada kualitas keilmuan saja. Sesuai slogan Pendidikan Profesi Akuntansi UGM ‘More than Knowledge’, maka ditekankan pula pengayaan nilai-nilai yang positif yang akan mempengaruhi perilaku alumninya yang senantiasa menjunjung nilai kejujuran, kedisiplinan, dan ketaatan terhadap undang-undang,” katanya lagi.
Mewakili sambutan orang tua, Bupati Sleman, Drs. Purnomo mengungkapkan Pendidikan Profesi Akuntansi tidak saja untuk kehidupan pribadi, namun juga diperlukan bagi kemajuan masyarakat, bangsa dan negara. Terwujudnya good governance di lingkungan pemerintah dan lembaga bisnis di era saat ini telah menjadi keharusan dan profesi akuntan tentu berperan besar dalam mewujudkannya, sebab para akuntan menjadi pilar strategis dari sistem akuntabilitas dan transparansi. “Perannya bisa mewujudkan pemerintahan maupun organisasi bisnis yang bersih, berwibawa dan bertanggungjawab. Ini adalah salah satu tantangan sekaligus kesempatan yang harus dimanfaatkan para wisudawan,” ungkapnya.
Wakil Dekan FEB UGM Bidang Administrasi, Keuangan dan SDM, Eko Suwardi, M.Sc., Ph.D berpesan bahwa gelar akuntan yang berada dibelakang nama mengandung makna sangat mendalam. Gelar tersebut membawa amanah dan tanggungjawab yang harus dibawa dalam kehidupan sehari-hari. “Profesi akuntan yang melekat pada diri terus dibawa para wisudawan dimana berada. Andai saudara menjadi pengusaha sekalipun anda adalah seorang pengusaha yang akuntan, misalnya menjadi manajer maka juga menjadi manajer yang akuntan. Apalagi saudara sebagai pemeriksa, di AKP apalagi, dimanapun saudara adalah akuntan. Untuk itu FEB UGM berharap untuk senatiasa menjaga etika sebaik-baiknya dalam berkarir,” ujarnya berpesan.
Dalam wisuda ke-9, Pendidikan Profesi Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM berhasil meluluskan 229 akuntan, terdiri 90 lulusan pria dan 139 wanita. Dengan wisuda kali ini maka jumlah lulusan keseluruhan Pendidikan Profesi Akuntansi FEB UGM mencapai 1.373 alumni. IPK Cum Laude wisuda kali ini sebanyak 30 orang, IPK tertinggi 4.00 dan IPK terendah 2.81. (Humas UGM/ Agung)