Melakukan penelitian terhadap asimetri dampak-harga dengan melibatkan faktor-faktor kondisi pasar, ukuran perusahaan dan identitas investor, dosen Fakultas Ekonomi Universitas Mataram, Ni Ketut Surasni dinyatakan lulus Program Doktor Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM. Mempertahankan disertasi “Asimetri Dampak-Harga Transaksi Blok Yang Diinisiasi Pembeli dan Penjual Di Pasar Reguler Bursa Efek Indonesia”, ia menjelaskan bahwa faktor volatilitas return saham dan tingkat kesulitan transaksi diduga turut berpengaruh pada dampak-harga. Saham dengan volatilitas tinggi akan meningkatkan premi risiko yang diminta oleh investor, akibatnya semakin tinggi volatilitas maka dampak-harga semakin besar.
Begitu pula dengan tingkat kesulitan transaksi, semakin tinggi kesulitas maka dampak harga akan semakin besar. Tingkat kesulitas ini berkaitan dengan likuiditas saham. “Jika suatu saham tidak memiliki substitusi sempurna maka kurva permintaan akan memiliki kemiringan negatif (downward sloping) sehingga menyebabkan konsesi harga semakin besar,” jelasnya di Auditorium BRI, Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM, Senin (25/6).
Menurut Ni Ketut, kondisi pasar mempengaruhi dampak-harga karena hal ini berkaitan dengan likuiditas. Transaksi-beli akan memiliki likuiditas rendah ketika kondisi pasar naik, sebaliknya transaksi-jual akan memiliki likuiditas rendah ketika kondisi pasar turun. Sedangkan tipe investor yang berbeda menjadikan mereka akan memiliki informasi yang berbeda pula. Investor-berinformasi akan memiliki dampak-harga lebih besar dibandingkan dengan investor-takberinformasi.
Dijelaskan pula bila ukuran perusahaan memiliki pengaruh pada dampak-harga. Umumnya investor sulit memperoleh informasi yang berkaitan dengan perusahaan kecil. Oleh karena itu memiliki saham perusahaan kecil dianggap lebih berisiko, sehingga membutuhkan konsesi harga lebih besar. Begitu pula halnya dengan volatilitas return saham. Bahwa peningkatan volatilitas akan menaikkan risiko yang ditanggung investor, sehingga investor menuntut konsesi harga lebih tinggi. Tingkat kesulitan transaksi ini tentu berpengaruh pada dampak-harga. “Ketiadaan substitusi yang sempurna akan menyulitkan investor melakukan transaksi, sehingga dibutuhkan konsesi harga lebih besar bagi investor-pembeli dan investor-penjual,” jelasnya.
Hasil penelitian terhadap data transaksi intrahari selama periode 2005-2007 di Bursa Efek Indonesia, Ni Ketut berhasil menemukan asimetri magnitudo maupun arah pada dampak harga antara transaksi diinisiasi pembeli dan penjual. Bahwa dampak harga transaksi diinisiasi pembeli lebih besar daripada transaksi diinisiasi penjual, serta dampak harga blok-beli adalah kontinyu dan blok-jual universal. “Hasil penelitian menunjukkan pula investor asing berdampak lebih besar daripada investor domestik,” tuturnya. (Humas UGM/ Agung)