YOGYAKARTA – Hutan hujan tropika mempunyai ekosistem yang spesifik. Ekosistem hutan dapat dipertahankan apabila mekanisme siklus hara dan keanekragaman jenis vegetasi tetap terpelihara. Namun hutan yang telah dieksploitasi akibat pembalakan hutan untuk kegiatan pertambangan, ladang berpindah dan perkebunan menyebabkan perubahan komposisi dan struktur proses siklus hara dalam ekosistem hutan. Bahkan kehilangan unsur hara N, P, K. Ca dan Mg semakin besar. Inilah yang terjadi di sebagian besar hutan di Kalimantan.
Dosen Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Palangkaraya, Ir. Sosilawaty, M.P., dalam meneliti dinamika hara di hutan Kahayan, Kalimantan Tengah menemukan tingkat kebocoran hara yang cukup tinggi. Terbukti dengan adanya keluaran P, K, Ca, Mg yang cukup besar ke dalam DAS sungai. “Terjadi ketidakseimbangan hara pada tanah hutan dan sedimen dasar sungai. Ada keluaran hara yang cukup besar ke dalam sungai,†kata Sosilawaty dalam ujian doktor Fakultas Geografi UGM, Sabtu (30/6). Bertindak selaku tim promotor, Prof. Dr. Ir. Djoko Marsono, M.Sc., Prof. dr. Totok Gunawan, M.S., dan Prof. Dr. Ir. Suhardi.
Menurutnya, besarnya unsur hara yang hilang di hutan tropika basah terjadi pasca kegiatan pembalakan hutan. Padahal makin banyaknya unsur hara yang hilang justru akan meningkatkan konsentrasi unsur hara yang masuk ke dalam ekosistem daerah aliran sungai. Berdasarkan hasil penelitiannya, faktor yang menentukan besarnya kehilangan unsure hara adalah proporsi unsur hara yang terkandung dalam vegetasi, luas pembalakan hutan dan perlakukan terhadap sisa-sia vegetasi.
Dalam disertasinya, Sosilawaty juga meneliti komposisi, struktur dan keanekragaman jenis vegetasi penyusun hutan, mengkaji pola komunitas tegakan hutan. Dia menyebutkan komposisi jenis vegetasi semua tingkat pertumbuhan di bereraoa sub DAS Kahayan, Miri, Rungan, Manuhing rata-rata didominiasi jenis family Dipterocarpaceae. Sedangkan pola komunitas vegetasi tingkat semai, pacing, tiang dan pohon memiliki pola yang sama pada tingkat pertumbuhan tetapi berbeda pola penyebaran relevenya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)