Kesadaran masyarakat untuk berhemat energi listrik masih rendah. Terlebih serangkaian studi awal memperlihatkan kelompok usia remaja menjadi kelompok yang dianggap tidak peduli terhadap upaya penghematan energi listrik. Disamping merasa tidak bertanggungjawab atas pembayaran listrik, para remaja beranggapan tidak tahu alasan mengapa harus berhemat listrik.
Faktor penyebab lain remaja menganggap perilaku hemat energi listrik akan mengurangi kenyamanan dan kesenangan, dan mereka juga beranggapan isu kelangkaan energi hayalah isu yang dipolitisasi dan kelangkaan energi lebih disebabkan kegagalan pemerintah dalam mengelola energi. Berdasar temuan tersebut, perlu dilakukan penelitian yang menguji perbedaan efek persuasi pembingkaian pesan positif dan negatif yang mendorong perilaku hemat energi listrik di kalangan remaja, dengan mempertimbangkan efek moderasi pemberian informasi kelangkaan sumber-sumber energi dan perbedaan karakteristik invidual, yaitu Need For Cognition.
Demikian disampaikan Indah Fatmawati, S.E., M.M, staf pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah, Yogyakarta saat menempuh ujian terbuka program doktor Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM, Rabu (4/7). Didampingi promotor Prof. Dr. Basu Swastha Dh., MBA dan ko-promotor Dr. B.M. Purwanto, MBA serta Dr. Sahid Susilo Nugroho, M.Sc, promovenda mempertahankan desertasi “Pengaruh Pembingkaian Pesan, Informasi Kelangkaan dan Perbedaan Individual Pada Sikap, Niat dan Perilaku Hemat Energi Listrik”.
Hasil penelitian dengan pendekatan eksperimen laboratorium desain faktorial 2 (bingkai positif, bingkai negatif) x2 (diberi informasi kelangkaan, tidak diberi kelangkaan) x2 (NFC tinggi, NFC rendah) dengan melibatkan 228 mahasiswa dari tiga perguruan tinggi di Yogyakarta mengungkap tidak terdapat perbedaan kondisi pembingkaian pesan positif dengan pembingkaian negatif. Dengan stimuli berupa booklet berisi empat halaman pesan penghematan energi listrik dalam delapan macam kondisi perlakukan memperlihatkan pembingkaian pesan tidak memberikan perbedaan efek persuasi ketika subjek memiliki keterlibatan rendah terhadap isi pesan yang disampaikan.
“Hasil pengujian efek interaksi tidak memberikan dukungan bagi variabel pemoderasi informasi kelangkaan. Temuan ini tidak mendukung temuan riset sebelumnya yang dilakukan dalam konteks yang berbeda. Meskipun demikian, temuan ini konsisten dengan temuan studi kualitatif pendahuluan dan pasca riset utama yang menyatakan ketidakpedulian dan ketidakpercayaan partisipan terhadap isu kelangkaan energi,” papar perempuan kelahiran Pekalongan, 16 Agustus 1969.
Dibagian akhir desertasi, Indah menyatakan pembingkaian pesan hemat energi listrik yang tidak kuat, tidak mampu mempengaruhi perubahan sikap, niat dan perilaku hemat listrik di kalangan remaja. Diperlukan komunikasi persuasif guna mendorong perilaku hemat energi listrik. “Pemerintah perlu melakukan intervensi secara kuat dan tepat sasaran untuk menciptakan kesadaran dan memastikan konsistensi perilaku konservasi, mengingat perilaku konservasi energi adalah perilaku yang cenderung tidak konsisten dari waktu ke waktu,” pungkas Indah yang dinyatakan lulus Program Doktor FEB UGM. (Humas UGM/ Agung)