YOGYAKARTA – Siang itu, Jumat (6/7), di kompleks Fakultas Teknik, dua mahasiswa yang tengah mengayuh sepeda ontel, mendadak menghentikan laju sepedanya. Sesaat mereka menoleh ke arah bunyi lonceng yang membahana di depan gedung Diploma Teknik Mesin. Tidak biasanya mereka mendengar bunyi lonceng setiap melewati jalan itu. Mereka tertegun, bunyi lonceng itu berirama. Ada lagu yang sedang dimainkan. Ya, lagu itu seolah tidak asing di telinga keduanya, Himne Gadjah Mada.
Kedua mahasiswa tersebut barangkali tidak mengetahui jika satu jam yang lalu, 11 lonceng yang bergantungan itu baru saja diresmikan oleh Rektor UGM, Prof. Dr. Pratikno. Meski baru kali ini diresmikan, lonceng-lonceng tersebut sudah dibuat 8 tahun lalu. Ide membangun lonceng bahkan telah muncul sejak 12 tahun lalu. “Ide ini muncul saat saya jadi Rektor, sekaligus Ketua Kagama. Saat itu, kita kumpulin dana dari sumbangan alumni,†kata Prof. Dr. Ichlasul Amal, M.A., yang menjadi penggagas.
Amal menceritakan idenya untuk membuat lonceng muncul saat berkunjung ke Belanda. Di negeri kincir angin itu, ia mendengar ada bel dan lonceng yang selalu berbunyi. Hal itu menginspirasi dirinya untuk membuat hal yang sama di kampus UGM. Setelah kembali, Amal mengajak seorang pengrajin logam alat musik, Tri Manto, untuk membuat lonceng. Belum semua dana yang dibutuhkan terkumpul, Ichlasul Amal sudah tidak lagi menjabat Rektor UGM dan Ketua Kagama. Pembuatan lonceng pun akhirnya mandeg.
Kendati prasasti lonceng bergantung ini tidak dibangun di Boulevard seperti cita-cita awalnya. Namun Amal mengaku senang karena idenya 12 tahun lalu bisa terealisasi.†Saya senang sekali tidak muspro (mubasir). Bisa dimanfaatkan diploma teknik mesin ini,†ujarnya.
Mesin Pneumatic
Kesebelas prasasti lonceng bergantung yang menjuntai mirip gambar kromosom DNA ini memiliki tinggi 6,6 meter dan berdiameter 3 meter. Dibangun dan dikerjakan oleh tim mahasiswa Diploma Teknik mesin UGM dalam tempo 3 minggu. Agar lonceng bisa berbunyi, mahasiswa menggunakan peralatan mesin pneumatic yang berfungsi sebagai memukul lonceng. Sedangkan untuk mengaransemen lagu dan mengatur kontrol pneumatic pemukul lomceng, digunakan PLC (Prograammable Logic Controler). “Untuk perlatan otomasi dan peralatan PLC sumbangan dari PT SMC Indonesia,†kata Daud Sekarmadijaya, Direktur Training Center SMC-Indonesia, usai mengikuti penandatanganan kerjasama UGM dan PT. SMC-Indonesia. (Humas UGM/Gusti Grehenson)