YOGYAKARTA-Papaya ringspot virus (PRSV) merupakan penyakit yang umumnya menyerang tanaman pepaya (Carica papaya, L.) di daerah tropis dan subtropis serta dapat menyebabkan penurunan hasil panen yang signifikan. Sampai saat ini belum ada publikasi resmi mengenai infeksi PRSV pada tanaman pepaya di Indonesia. Namun, survei yang dilakukan pada akhir tahun 2011 sampai awal 2012 menunjukkan adanya gejala serupa virus tersebut pada beberapa lahan pertanian pepaya di wilayah DIY.
“Gejala tersebut berupa mosaik dan kerutan-kerutan pada daun, pertumbuhan kerdil serta deformasi daun dan buah,â€papar mahasiswa pascasarjana Fakultas Biologi, Utari Saraswati pada acara Monitoring dan Evaluasi Research grant on Biodiversity to Improve Quality and the use of arboretum, Biology Museum and Biology Field Station, I-MHERE project sub activity 2.1.4-lll Fakultas Biologi, Jumat (6/7). Pada kesempatan itu Utari menyajikan paparannya yang berjudul Deteksi dan Karakterisasi Molekuler Papaya Ringspot Virus (PRSV) Pada Tanaman Pepaya (carica papaya, L.) di DIY.
Utari menambahkan selain untuk mendeteksi keberadaan PRSV pada tanaman pepaya, penelitian yang dilakukan juga untuk meningkatkan kualitas dan pemanfaatan museum Biologi, dokumentasi gejala infeksi virus hasil survei dan gambar struktur partikel virus hasil pengamatan dengan mikroskop elektron akan dimanfaatkan untuk tambahan koleksi museum. Survei dan koleksi sampel dilakukan pada beberapa lahan pertanian pepaya di Sleman, Bantul, Gunung Kidul dan Kulon Progo.
“Pengumpulan benih selama survei juga ditujukan untuk tambahan koleksi flora di Arboretum dan lahan pertanian Sawitsari,â€urai Utari.
Sementara itu PIC program I-MHERE aktifitas 2.1.2 Fakultas Biologi UGM, Dr. Budi S. Daryono, M.Agr.Sc mengakui Indonesia kaya dengan kultivar pepaya. Sayangnya kebanyakan yang dikembangkan adalah pepaya budidaya. Padahal, pepaya non budidaya sebenarnya lebih tahan dari serangan hama dan penyakit.
“Nanti akan disiapkan pula tayangan tentang PRSV ini di Museum Biologi sehingga bisa sebagai sarana pembelajaran kepada pengunjung juga,â€kata Budi.
Budi menjelaskan enam penerima hibah ini fokus melakukan penelitian di Kebun Biologi, Museum Biologi, serta Stasiun Penelitian Sawitsari. Ketiga lokasi ini merupakan basis keunggulan riset yang dimiliki Fakultas Biologi.
Selain Utari, ada lima penerima hibah lain yang juga mempresentasikan penelitiannya dengan topik berbeda pada acara tersebut. Beberapa topik yang diangkat seperti: Keragaman Cacing Tanah di Kebun Biologi; Estimasi Nilai Heritabilitas Produktifitas Telur Gama Ayam; Studi Mikrosporogenesis Cabai Merah Besar; Peningkatan Kualitas Koleksi Museum Biologi, Kebun Biologi, dan Kebun Sawitsari, serta Peran Bakteri dan Kapang Selulolitik Sebagai Agensia Composing Serasah dari Kebun Biologi dan Kebun Penelitian Sawitsari (Humas UGM/Satria AN)