YOGYAKARTA-Rektor UGM, Prof. Dr. Pratikno, M.Soc.Sc. menegaskan komitmen UGM untuk memberikan dan menjaga kebebasan mimbar akademik di dalam kampus. Menurut Pratikno sebagai kawasan (zona) netral akademik maka UGM siap memberikan panggung untuk berdialog tentang berbagai isu strategis yang bisa bermanfaat bagi kemajuan bangsa.
“Sebagai zona netral akademik UGM siap menjadi panggung dialog isu-isu strategis, sharing pengetahuan, perspektif dan usulan yang bermanfaat bagi kemajuan bangsa,â€kata Pratikno, Selasa (10/7). Pernyataan Rektor ini terkait dengan terjadinya insiden pada Seminar Menuju Kesejahteraan dan Keadilan Papua Setelah 43 Tahun Pepera 1969 di UC UGM, Senin (9/7) kemarin.
Pratikno menambahkan sebuah kebebasan akademik membutuhkan kedewasaan dari semua pihak. Bukan hanya dari institusi negara maupun masyarakat tetapi juga warga kampus. Kebebasan akademik dalam pandangan Rektor membutuhkan kesediaan, kemampuan serta tradisi dalam menyampaikan gagasan dan kritik secara argumentatif.
“Kedewasaan dalam menjaga kebebasan akademik harus dimulai dari diri kita sendiri. Maka tentu tidak pantas jika dalam menjaga kebebasan akademik itu kita misalnya harus mendatangkan polisi atau tentara pada suatu diskusi,â€urai Pratikno.
Terkait acara seminar Rektor mengakui sebelumnya pihak panitia sudah memberikan pemberitahuan dan meminta ijin atas pelaksanaan seminar. Pihak panitia juga sempat meminta Rektor untuk membuka acara namun berhalangan hadir.
Sementara itu penanggungjawab acara dari Lingkar Pelangi Nusantara (LPN) Sugiyarto menuturkan bahwa acara telah menggandeng berbagai pihak seperti dari mahasiswa Papua, pihak perguruan tinggi, serta beberapa tokoh Papua.
“Sudah lama kita fokus pada persoalan pluralisme dan kesetaraan. Termasuk yang menyangkut Papua,â€katanya.
Seperti diketahui sempat terjadi insiden pada acara Seminar Menuju Kesejahteraan dan Keadilan Papua Setelah 43 Tahun Pepera 1969 di UC UGM, Senin (9/7) kemarin. Acara yang juga menghadirkan pembicara dari UGM ini hanya berlangsung hingga sesi pertama. Setelah bersepakat dengan para peserta pihak panitia dari Lingkar Pelangi Nusantara (LPN) akhirnya menghentikan jalannya acara karena iklim diskusi yang sudah tidak kondusif (Humas UGM/Satria AN)