YOGYAKARTA – Krisis ekonomi yang melanda beberapa negara di Uni Eropa tidak terlalu berpengaruh terhadap perekonomian RI. Pasalnya, Uni eropa bukan tujuan utama ekspor perdagangan. Kalo pun ada dampaknya, angkanya sangat kecil. “sampai saat ini hanya terjadi penurunan sekitar 3 persen,†kata Dubes Ri untuk Belgia, Belanda dan Luxemburg, Arif Havas, kepada wartawan usai menjadi pembicara dalam seminar Memperbaharui Hubungan Kerjasama Indonesia – Uni eropa, Kamis (12/7), di Sekolah Pascasarjana. Ikut hadir mendampingi Dubes Cyprus untuk Indonesia, Nicos Panayi, dan dosen jurusan hubungan internasional fisipol UGM, Dr. Muhadi Sugiono.
Menurut Arif Havas, nilai volume perdagangan ekspor Indonesia ke Uni eropa mencapai 240 juta dollar. Bahkan untuk produk terntentu diprediksi akan mengalami peningkatan nilai ekspor. Tidak terkecuali untuk bidang jasa, diperkirakan makin banyak wisatawan yang berkunjung ke Indonesia. “Situasi politik di afrika utara, menjadi tujuan wisata bagi kelas menengah ke atas untuk mengalih perjalananan wisata ke Indonesia,†ungkapnya.
Nicos Panayi menuturkan secara umum nilai investasi dari Uni Eropa ke seluruh dunia sekitar 100 milyar euro. Di Indonesia, nilai investasi capai 2 milyar euro. “1.000 perusahaan Uni Eropa yang ada di Indonesia memberi lapangan pekerjaan lebih dari 1 juta orang,†katanya
Menjawab pertanyaan wartawan, Muhadi sugiono, mengatakan hubungan kerjasama uni eropa – RI perlu dipererat karena keduanya saling membutuhkan satu sama salin. “Kita mestinya menjadi partner strategis bagi uni eropa. Di luar kepentingann riil ekonomi. Saya melihat masalah serius yang dihadapi uni eropa terkait meningkatnya radikalisme kanan. Uni eropa bisa belajar dari RI bagaimana menangani hal itu,†katanya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)