YOGYAKARTA-Keberadaan dakwahtainment semakin menguat. Hal ini antara lain terlihat pada tayangan acara siraman rohani di televisi yang dikemas dalam sebuah dakwahtainment. Salah satu acara tersebut adalah “Hati ke Hati Bersama Mamah Dedeh†yang telah ditayangkan lebih dari 5 tahun di INDOSIAR dan 11 bulan di ANTV.
Program acara ini merupakan satu-satunya program dakwah Islam di televisi yang dikemas dalam “curhatâ€. Persoalan yang muncul kemudian banyak audien Mamah Dedeh yang kemudian bertanya hal-hal yang menyangkut privasi dan mengarah kepada penyebaran aib dan ghibah. Misalnya ibu-ibu anggota pengajian yang meminta solusi kepada Mamah Dedeh karena suaminya selingkuh, anaknya sangat nakal, tetangganya sombong dll.
“Ini temuan awal tim peneliti dari Indonesian Consortium for Religious Studies (ICRS) tentang nature of the program. Program ini adalah program dakwah Islam di televisi yang dikemas dalam curhat,â€papar peneliti ICRS, Eliz Zuliati Anis, M.A. dan Faishol Adib, M.A., di Lt.3 Sekolah Pascasarjana UGM, Jumat (13/7). Selain keduanya, peneliti lain yang terlibat di dalamnya adalah Dr. Dicky Sofjan dan Mega Hidayati, Ph.D.
ICRS merupakan program kerjasama tiga universitas di Yogyakarta, yaitu UGM, UIN Sunan Kalijaga, dan Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW).
Eliz menambahkan penelitian aksi yang dilakukan terhadap program acara ini dilakukan selama kurang lebih 5 bulan (Februari-Juni 2012). Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk pengabdian dan pengembangan penelitian di bidang agama yang dikemas dalam tema besar “Religion and Gender in Indonesiaâ€, yang meliputi lomba penulisan artikel, penelitian aksi dan workshop.
Sementara itu Faishol menjelaskan dari penelitian tersebut terungkap formula sukses dari acara Hati ke Hati Bersama Mamah Dedeh, yakni 70 persen tuntunan (dakwah Islam) dan 30 persen tontonan (menghibur). Dari segi konten ditemukan banyak pertanyaan yang cukup sederhana (tidak substantif). Sedangkan menyangkut perempuan, Mamah Dedeh disatu sisi memberikan dorongan dan penguatan kepada perempuan untuk bisa mandiri dan tegas dalam menyelesaikan masalahnya, sementara di beberapa persoalan lain, Mamah Dedeh terkadang mempersoalkan perempuan yang seharusnya menjadi figur istri yang menyenangkan, selalu berpakaian rapi dan pada posisi yang dipersalahkan ketika suami berpoligami.
“Tentang persoalan gender atau ekonomi Mamah Dedeh terkadang menguatkan tetapi juga tidak jarang tidak menguatkan kaum perempuan,â€urai Faishol.
Faishol menambahkan untuk memvalidasi hasil temuan awal dan mendapatkan masukan dari berbagai pihak, tim peneliti ICRS menyelenggarakan workshop. Workshop pertama telah digelar 28 Juni di Jakarta. Sedangkan untuk workshop kedua akan diadakan 17 Juli mendatang. Diharapkan akan hadir dalam workshop tersebut para pakar ilmu agama, mahasiswa, dosen, peneliti dan aktivis LSM (Humas UGM/Satria AN).