YOGYAKARTA – Indonesia memiliki potensi di bidang perikanan. Namun sedikit potensi tersebut dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan petani ikan dan nelayan yang tinggal di wilayah pesisir. Karenanya, riset bidang perikanan dan kelautan dari lembaga perguruan tinggi, balai penelitian, Unit Pelaksana Teknis (UPT) KKP hingga swasta patut diapresiasi untuk mendukung pengembangan sektor satu ini.
Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian UGM, Sabtu (14/7), menyelenggarakan Seminar Nasional Tahunan ke IX Hasil-hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan. Sebanyak 442 hasil penelitian dari para peneliti yang diseminasikan. Ketua jurusan Perikanan, Dr. Ir. Murwantoko, M.Si., mengatakan seminar hasil penelitian tersebut sebagai ajang pertemuan ilmiah dari peneliti, pengambil kebijakan dan pemerhati perikanan dan kelautan. “Ada 77 instansi, terdiri 32 perguruan tinggi dan sisanya dari lembaga penelitian UPT KKP, karantina ikan dan perusahaan,†katanya.
Peneliti hama dan penyakit ikan dari Fakultas Pertanian UGM, Dr. Triyanto, dalam pemaparannya menegaskan penyakit infeksi pada ikan dan udang masih menjadi kendala terbesar dalam pengembangan budidaya perikanan berkelanjutan. Penyakit WSSV, TSV, IMNV yang menyerang pada udang dan VNN, Iridovirus pada kerapu yang menjadi masalah yang dihadapi para petani ikan. Untuk mengurangi serangan penyakit infeksi pada ikan-udang tersebut, kata Triyanto, peneliti dari UGM tengah mengembangkan aplikasi imunostimulan pada budidaya ikan. “Beberapa hasil uji telah dilakukan, misalnya pemberian karboksimentil kitosan pada ikan karper, dan injeksi fucoidan pada nila,†katanya.
Sementara peneliti Muhammad Choizin, meneliti tentang kajian subsidi perikanan di beberapa kasus di daerah. Dia menyebutkan, KKP tahun 2011 menggelontorkan subsidi perikanan sebesar Rp 347,8 milyar. Namun pemberian subsidi tersebut menunjukkan efek terhadap degradasi terutama terhadap ketersediaan stok ikan dan perusakan habitat biologi laut. Menurutnya, subsidi mendorong penangkapan ikan yang tidak sustainable, seharuysnya diarahkan untuk program penangkapan ramah lingkungan.
Dia menyebutkan lebih dari 55 % sumber daya ikan di Indonesia berstatu overexploited, 24 % masuk kategori moderate exploited dan 21 % dalam status uncertain. “Subsidi memberi keuntungan jangka pendek berupa kenaikan produksi dan meningkatnya kesejahteraan, tapi menimbulkan dampak overfishing dan overcapacity,†pungkasnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)