Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) Ahmad Helmy Faishal Zaini menyebutkan pemerintah mentargetkan hingga akhir tahun 2014 rasio eletrifikasi bisa capai angka 100 persen di daerah tertinggal Indonesia. Saat ini pihaknya tengah berupaya mendorong stake holder untuk memprioritaskan melakukan elektrifikasi pada 92 pulau terluar Indonesia.
“Yang ditetapkan Perpres pada 43 pulau terluar yang berpenghuni hingga 71 ribu orang. Kalau bisa membuat seluruh daerah tersebut 100% teraliri listrik pada 2014,†jelas Helmy usai membuka acara Research Week& Innovation Expo 2012 di Grha Sabha Pramana UGM, Selasa (17/7).
Helmy menuturkan hingga saat ini elektrifikasi di pulau-pulau terluar Indonesia masih ada di bawah angka 30 persen, meskipun di sebagian kecil sudah ada yang mencapai angka 60 persen. Listrik yang dikembangkan pun menggunakan tenaga matahari berskala kecil karena kondisi medan yang sulit untuk pengembangan listrik tenaga minyak bumi. “Kita kejar 2014 bisa elektrifikasi semuanya. Pemerintah sudah me menganggarkan hingga 400 miliar,†katanya.
Guna meralisasikan program tersebut, pihaknya telah melakukan koordinasi dengan PLN. “ Minggu ini sudah koordinasi dengan Kementrian ESDM dan PLN semoga kedepan bisa dikembangkan skala besar dan 2014 seluruh daerah tertinggal bisa teraliri listrik,†harapnya.
Sementara dalam sambutannya saat membuka kegiatan Research Week 2012 Helmy menyampaikan bahwa pihaknya saat ini tengah mengembangkan sejumlah program untuk mempercepat pembangunan daerah tertinggal yaitu mengembangkan produk unggulan kabupaten (PRUKAB) dan mengembangkan sistem informasi data partisipatif sumber daya hayati (SIPAR SEHAT).
SIPAR SEHAT merupakan sistem informasi data partisipatif sumber daya hayati yang dikembangkan Kementrian PDT bekerjasama dengan Universitas Gadjah Mada. Sistem ini dirilis langsung oleh Menteri PDT saat pembukaan Research Week UGM 2012.
“Program ini dikembangkan untuk memetakan kebutuhan percepatan dan potensi unggulan suatu daerah. Ada 10 kabupaten yang dijadikan pilot project yakni Jeneponto, Bengkulu tengah, Kaur, Sambas, Seram bagian barat, Bima, Pamekasan, Sampang, Bondowoso, dan Konawe selatan†urai Helmy.
Data base yang dikembangkan meliputi data sumber daya hayati meliputi pertanian, peternakan, perikanan, perkebunan, dan kehutanan. Disamping itu juga data tentang infrastruktur yang tersedia, jejaring dengan industri, serta data keuangan dan daya beli.
Menanggapi penyelenggaraan Research Week Helmy berharap dari kegiatan ini bisa implementatif dan memberikan manfaat bagi masyarakat luas. “ Hasil riset dan inovasi yang telah dikembangkan semoga bisa memberi inspirasi untuk pembangunan daerah,â€ujarnya
Rektor UGM, Prof. Dr. Pratikno, M.Soc.Sc., dalam kesempatan tersebut menyampaikan hal senada. Ia berharap dengan adanya kegiatan open campus yang menampilkan berbagai hasil penelitian, pengabdian dan pendidikan yang dilakukan oleh sivitas akademika UGM bisa bermanfaat bagi masyarakat. “ UGM tidak berhenti dengan melakukan riset di lab saja, tetapi kami juga berupaya menyampaikan hasilnya. Ilmu tidak akan bermanfaat jika tidak ada yang memanfaatkan, kegiatan ini merupaan salah satu upaya yang kami lakukan untuk menyebarluaskan hasil capaian UGM,†kata Pratikno.
Wakil Rektor Bidang Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Prof. Dr. Suratman, M.Sc., menambahkan, melalui kegiatan open campus menjadi wadah interaksi menganai pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat umum, industri, pemerintah dan kalangan internasional. “ Kegiatan ini mengawal untuk mengefektifkan hasil-hasil riset UGM. Selain itu juga harapannya melalui acara ini bisa menjembatani antara perguruan tinggi, masyarakat, industri, dan pemerintah,†jelasnya.
Sementara Ketua Panitia Research Week, Dr. drh Wisnu Nurcahyo melaporkan bahwa puncak Research Week ditandai dengan kegiatan open campus yang berlangsung dari 17-21 Juli 2012 di Grha Sabha Pramana (GSP) UGM. Disamping menampilkan hasil penelitian, juga diselenggarakan diskusi terkait energi dan transportasi, pangan, kesehatan, budaya an demokrasi, lingkungan dan biodiversitas, serta bencana. (Humas UGM/Ika)