Dosen Fakultas Kedokteran UGM, Dr. Yodi Mahendradhata, M.Sc., Ph.D., berhasil menyabet penghargaan tingkat internasional. Penghargaan ProSPER.Net -Scopus Young Scientist Award in Sustainable Development diberikan oleh United Nations University, Elsevier, dan Alexander von Humboldt Foundation. Penyerahan penghargaan dilangsungkan pada 11 Juli lalu di The University of Tokyo, Japan.
Dalam pemberian penghargaan tahun ini Yodi berhasil meraih penghargaan untuk kategori Health and Poverty Eridication for Sustainable Development. Selain Yodi, dalam penghargaan kali ini diberikan pula penghargaan dalam dua kategori lainnya yakni Sustainable Infrastructure yang diraih peneliti dari Thailand dan Sustainable Consumption and Production yang dimenangkan peneliti China.
ProSPER.Net-Scopus Young Scientist Award in Sustainable Development yang diselenggarakan oleh United Nation University merupakan ajang penghargaan bergengsi di tingkat internasional di bidang pembangunan berkelanjutan. Diberikan setiap tahun kepada para ilmuan dan peneliti muda di kawasan Asia Pasifik yang telah berkontribusi secara signifikan di bidang pembangunan berkelanjutan. Pemberian penghargaan telah dimulai sejak tahun 2009 silam. “Penghargaan diberikan pada peneliti yang telah meraih Doktor dalam lima tahun terakhir yang berusia di bawah 40 tahun dan berkontribusi dalam pembangunan berkelanjutan,†jelas Yodi, Kamis (19/7) saat ditemui di ruang kerjanya di Fakultas Kedokteran UGM.
Yodi menuturkan penghargaan tersebut diraih setelah ia berhasil menyisihkan dua peneliti dari Vietnam dam China. Sebelumnya ia harus bersaing dengan sekitar 98 peneliti lainnya dari berbagai negara di kawasan Asia Pasifik seperti Australia, India, China, dan Thailand. “Saya satu-satunya perwakilan Indonesia yang berhasil menerima penghargaan Scoupus Young Scientist in Sustainable Development,†ungkapnya.
Staf pengajar di prodi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat FK UGM ini menyampaikan penilaian dalam pemberian penghargaan didasarkan pada kuantitas dan kualitas publikasi, jumlah sitasi, dampak hasil penelitian bagi masyarakat serta presentasi di hadapan dewan juri. Penghargaan diperolehnya melalui presentasi hasil penelitian yang telah dilakukan dalam beberapa tahun terakhir yang memiliki relevansi terhadap pembangunan berkelanjutan dan kontribusi yang telah dilakukan.
Yogi fokus melakukan sejumlah penelitian terhadap penyakit yang terkait dengan kemiskinan seperti TBC, Malaria, dan penyakit infeksi terabaikan semisal cacingan.
“Selain itu saya juga bekerja di bawah WHO membantu menyusun misal pelatihan kesehatan di tingkat internasional,†kata pria yang lahir 3 Oktober 1972 ini.
Yodi menambahkan ia juga turut terlibat dalam merumuskan strategi pengendalian penyakit di tingkat nasional. “Ikut dalam perumusan strategi pengendalian penyakit TBC (2011-2014) dan malaria ((2012-2014),†sebut Yodi yang meraih gelar doktor di bidang public health dari Institute of Tropical Medicine, Antwerp, Belgium dan Ghent University, Ghent, Belgium.
Disebutkan Yodi, saat ini pelayanan kesehatan, salah satunya untuk penanganan TBC belum bisa diakses oleh seluruh lapisan masyarakat. Untuk itulah pemerintah menyusun strategi nasional jangka panjang dalam pengendalian TBC. Program tersebut diharapkan bisa memberikan teroboson yang memberikan akses secara universal. “Saat ini tengah memformulasikan 7 startegi, 4 bersifat teknis penyakit dan 3 bersifat fungsional. Harapannya dengan strategi tersebut dapat menurunkan beban penderita TBC dengan meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan TBC,†paparnya.
Sejumlah penelitian dan kontribusi yang telah dilakukan secara nyata dalam bidang kesehatan tersebut tak hanya menghantrakan meraih penghargaan. United Nations University, Tokyo, Japan juga memberikan dana hibah untuk melakukan kolaborasi riset dengan salah satu universitas di Jerman. “ Selain penghargaan juga diberikan grant kolaborasi riset selama 1,5 tahun dengan universitas pilihan di Jerman serta uang sebesar 1.000 USD,†terangnya.
Saat disinggung keberhasilannya tersebut, Yodi mengatakan bahwa prestasi yang diraih bukanlah prestasi individu akan tetapi lebih sebagai pencapaian banyak orang. “Penghargaan ini sesungguhnya milik FK UGM karena merupakan pengakuan atas penelitian-penelitian selama ini yang berhasil terlaksana dengan baik berkat dukungan segenap civitas akademik FK UGM. Sistem di fakultas memungkinkan saya bisa memperoleh pengakuan internasional,†jelasnya. (Humas UGM/Ika)