Ciplukan. Bagi Anda yang tinggal di daerah perkotaan mungkin belum begitu familiar dengan tanaman satu ini. Tanaman ini memang banyak tumbuh di sawah saat musim panen palawija dan kacang tanah. Buahnya banyak dipungut anak-anak karena rasanya yang manis. Batang dan daunnya pun banyak dimanfaatkan menjadi ramuan obat.
Dalam tanaman ciplukan memang mengandung sejumlah senyawa yang berkhasiat bagi kesehatan. Bisasanya digunakan untuk mengobati penyakit seperti diabetes, darah tinggi, kencing manis, borok, dan sakit tengorokan.
Melihat banyaknya manfaat dalam tanaman ciplukan sejumlah mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) UGM terdorong mengolah ciplukan menjadi sebuah produk minuman yang ditujukan bagi penderita diabetes. Produk yang dimaksud berupa teh celup ciplukan yang dilabeli Cipcup Tea. The ciplukan dihasilkan dari tangan kreatif Denok Kumalasari, Rahmi Wijayanti, Intin Nurwati, dan Ridho Andika Putra.
Denok menuturkan bahwa selama ini ciplukan sudah banyak digunakan sebagai ramuan untuk mengobati berbagai penyakit salah satunya diabetes. Namun, pengolahan yang dilakukan masih manual yaitu dengan direbus. “Kebanyak masih mengolah dengan direbus, airnya itu yang dipakai untuk obat, diminum. Kita lihat kalau harus ngerbus dulu kok kurang praktis. Makanya kita buat dalam bentuk kemasan celup agar lebih praktis dan lebih tahan lama. Kadaluwarsa hampir sama dengan teh pada umumnya hingga 2 tahunan,†paparnya Jum’at (20/7) ketika ditemui di sela-sela kegiatan Research Week 2012 di Grha Sabha Pramana UGM.
Disebutkan Denok, dalam tanaman musiman ini mengandung senyawa flavonoid yang berfungsi menurunkan kadar gula darah pada penderita diabetes. Dalam ciplukan terkandung senyawa flavonoid yang tinggi yaitu sebesar 4 persen. “Penderita diabet itu insulinnya tidak berfungsi, tak mampu lagi mengubah gula dalam tubuh menjadi energi. Nah flavonoid ini berfungsi memperbaiki dan mengembalikan fungsi insulin dalam tubuh,†terang gadis kelahiran Sleman 20 tahun lalu ini.
Selain mengandung flavonoid, lanjutnya, dalam cipulkan juga terdapat senyawa antioksidan. “Didalamnya juga terdapat senyawa antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas,†tambahnya.
Cipcup tea dibuat dengan memanfaatkan batang dan daun ciplukan. Bagian-bagian tanaman tersebut dikeringkan terlebih dulu dengan menggunakan oven bersuhu 200 ? C selama 6-7 jam hingga kadar air dalam ciplukan hanya 3-4 persen. “Awalnya kami mengeringkan secara manual dengan oven, tetapi saat ini kami mulai menggunakan ciplukan yang sudah dikeringkan. Kami beli dari kelompok tani Bina Agro Mandiri, Dongkelan yang biasa menjual berbagai jenis jamu-jamuan kering. Per kilogramnya dijual seharga Rp. 20 ribu,†ungkapnya
Selanjutnya digiling hingga halus menjadi serbuk. Sebelum dikemas dalam kantong celup, ditambahkan daun stevia dan teh hijau kering. “Sari daun stevia digunakan sebagai pengganti gula. Stevia mengandung senyawa gtikosida diterpen dengan tingkat kemanisan antara 200-300 kali dari gula tebu, tetapi berkalori rendah. Daun ini telah terbukti bermanfaat membantu program diet, mengatur tekanan darah, dan juga baik dikonsumsi bagi penderita diabetes,†tambah Rahmi Wijayanti.
Lebih lanjut dijelaskan Rahmi dalam setiap 1 kantong teh ciplukan tersusun dari komposisi ciplukan (0,6%), stevia (0,4%), dan teh hijau (0,2%). Dalam satu kali produksi menggunakan 1.200 gram ciplukan kering , 800 gram stevia kering, dan 400 gram teh hijau kering. Dari bahan-bahan tersebut dihasilkan sebanyak 2000 kantong teh cipulkan untuk 200 pack Cipcup Tea. “Kami kemas satu pack isi 10 kantung dengan berat 12 gram seharga Rp. 8.000,-,†ujarnya sembari mengungkapkan bahwa produk tersebut telah mendapat sertifikasi MUI belum lama ini.
Saat ini Cipcup Tea memang belum dipasarkan secara luas. Namun kedepan mereka berencana akan membuat sistem keagenan dan menitipkan ke apotik-apotik. “Kami juga berkomitmen bahwa penghasilan dari penjualan teh ciplukan ini 2,5 %-nya disalurkan untuk penederita diabetes yang kurang mampu,†terangnya. (Humas UGM/Ika)