YOGYAKARTA – Melipat dan menyeterika pakaian memang bukan pekerjaan sulit. Akan tetapi, apabila pakaian yang akan diseterika menumpuk, tentu menyita waktu dan tenaga. Tidak heran, pada umumnya orang akan menyerahkan pekerjaan ini kepada jasa laundry. Namun, sekarang ada salah satu cara cepat untuk menyeterika dan melipat baju, ‘Pelipat Baju Terapsi’.
Tangan kreatif lima mahasiswa Fakultas Kedokteran, Nisa Salsabila Shafarudin, Nurida Khasanah, Dimas Reza Rahmana, Fitrah Pawalangi, dan Ngurah Nata Baskara, berhasil mengembangkan alat pelipat baju yang terbuat dari bahan karton. Cukup dengan tiga kali melipat karton duplek, pakaian yang sudah diseterika langsung rapi seketika. Alat bantu pelipat baju ini sejak awal sengaja dikembangkan untuk membantu aktivitas menyetrika dan melipat baju. “Dengan alat ini, menyeterika dan melipat baju menjadi lebih cepat, rapi, dan hemat energi,†kata Nisa Salsabila Shafarudin kepada wartawan, Jumat (20/7).
Ide untuk mengembangkan alat bantu pelipat baju ini muncul sejak awal Januari lalu dan baru berhasil didesain tiga bulan kemudian dengan menggunakan sehelai karton yang berukuran 60 x 80 cm. Karton kemudian dipotong simetris untuk mandapatkan lipatan tiga bagian. Karton duplek bagian dalam dilapisi dengan kertas kesing, sedangkan pelapis luar karton dibungkus kain furing. “Karton duplek dan kertas kesing ini kita pilih karena tahan terhadap panas seterika dan harganya pun lebih murah,†katanya.
Setelah diuji coba, dengan Terapsi hanya dibutuhkan waktu 11 detik untuk melipat baju, jauh lebih cepat dari cara pada umumnya. Tidak hanya itu, alat pelipat baju ini mampu menghemat 2/3 penggunaan listrik. “Dari 100 usaha laundry yang kita survei, rata-rata membutuhkan waktu 33 detik, †ujar Nisa.
Dimas Reza Rahmana, salah satu anggota tim, menambahkan saat ini Terapsi dijual dengan harga Rp25.000,00. Untuk produksinya dilakukan dengan menggandeng salah satu panti asuhan di Yogyakarta. “Kita mengerjakan 20 anak panti. Harapan kita, memberi mereka lapangan pekerjaan dan mereka pun bisa mengisi waktu luang di panti,†katanya.
Sementara ini, pengerjaan pesanan disesuaikan dengan permintaan pembeli, bahkan kemasan juga didesain dengan warna dan corak yang diinginkan sang pembeli. Adapun desain penghias kemasan memanfaatkan limbah batik untuk menambah nilai seni dan ramah lingkungan.
Menurut Dimas, alat tersebut kini tengah dalam proses paten dan sudah dipromosikan kepada pemilik jasa laundry. Tanggapan yang didapat pun beragam dan mayoritas disukai. Para pemilik laundry meminta untuk segera didesain meja untuk alat pelipat baju tersebut. “Soalnya lebar meja seterika yang digunakan jasa laundry jauh lebih kecil dari ukuran pelipat baju ini,†pungkasnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)