Isu-isu terkait Education for Sustainable Development (ESD) tidak hanya sebatas pada persoalan penyelamatan lingkungan, namun meliputi pula persoalan hajat hidup umat manusia untuk mendapatkan hak hidup di muka bumi. Disamping itu melalui ESD manusia diharapkan menemukan jati diri yang bersifat kemanusiaan, peduli lingkungan, beradab, dan sanggup membuat perubahan ke arah yang lebih baik.
Demikian disampaikan Hastangka, staf peneliti Pusat Studi Pancasila Universitas Gadjah Mada saat mengikuti program ASEAN-Korea Partnership Academy of Education for Sustainable Development. Program pelatihan yang diselenggarakan The Institute of East and West Studies, Yonsei University, Korea Selatan tanggal 22-29 Juli 2012 di Lecture room, New Millenium Hall, Yonsei University.
“Sampai hari ini, pendidikan diyakini memiliki peran yang penting dan menjadi ukuran yang paling efektif untuk memperluas pemahaman orang tentang masalah-masalah global yang melanda dunia dan mengancam habitat manusia seperti climate change (perubahan iklim), krisis energi, krisis pangan, dan krisis identitas,” katanya di acara yang disponsori oleh ASEAN-ROK Cooperation Fund.
Untuk itu, kata Hastangka, Yonsei University telah menandatangani MoU pada bulan Januari 2007 dengan United Nations University (UNU) untuk mengembangkan model dan grand design ESD di dunia pendidikan terutama di sekolah-sekolah. Iapun berharap agar dari pelatihan ini muncul kerja sama antara RCE Yogyakarta, University Gadjah Mada dan Yonsei University terkait ESD dan pendidikan lingkungan untuk kesejahteraan dan masa depan umat manusia dan generasi mendatang.
Dalam rilis yang diterima dari Seoul, Korea Selatan Rabu (25/7), Hastangka menjelaskan pelatihan diikuti 35 peserta yang terdiri dari para guru, pembuat kebijakan, dan peneliti dari Negara-negara ASEAN, seperti Indonesia, Singapura, Kamboja, Laos, Myanmar, Thailand, Filipana, Malaysia dan Korea. Mereka mendapat pelatihan tiga tahap, tahap pertama mengenal dan meningkatkan kepedulian para pendidik dan guru tentang sustainable development dan pemahaman tentang kebutuhan serta peran pendidikan dalam mensosialisasikan pembangunan berkelanjutan (ESD) di sekolah. Tahap kedua, para peserta diajak menyusun perencanaan tentang konsep dan desain Pendidikan untuk pembangunan yang berkelanjutan pada tingkat nasional dan lokal. “Sedangkan tahap ketiga diajak untuk memperluas cara pelatihan bagi guru untuk mengembangkan dan diseminasi materi-materi pengajaran tentang ESD,” imbuhnya. (Humas UGM/ Agung)