YOGYAKARTA-Bahasa Mandarin dari waktu ke waktu menunjukkan perkembangan yang cukup pesat termasuk di Yogyakarta. Meskipun jumlah sekolah di Yogyakarta yang membuka program studi/jurusan serta pengajar Bahasa Mandarin tidak sebanyak di kota-kota besar seperti di Jakarta atau Surabaya tetapi perkembangannya cukup bagus. Menurut Ketua Asosiasi Pendidik dan Pengembang Bahasa Mandarin Indonesia (APPBMI) DIY Nicodemus Sanny merebaknya sekolah Bahasa Mandarin tersebut seiring dengan banyaknya perusahaan asing dan perusahaan mandarin yang membuka PMA (Penanaman Modal Asing).
“Di Yogyakarta memang belum sebanyak di Jakarta atau Surabaya untuk sekolah dan guru Bahasa Mandarin. Tetapi di sini cukup meningkat perkembangannya,â€papar Sanny di sela-sela Program Pelatihan Guru Mandarin yang diadakan oleh Keluarga Mahasiswa Mandarin, Program Studi Bahasa Mandarin Sekolah Vokasi UGM, di R. Sidang Sekolah Vokasi UGM, Selasa (7/8).
Sanny menambahkan jenjang pendidikan yang mengajarkan Bahasa Mandarin di Yogyakarta beragam mulai dari bangku TK hingga perguruan tinggi. Sementara untuk jumlah pengajar Bahasa Mandarin yang ada di Yogyakarta saat ini sekitar 70 orang. 60 orang diantaranya, kata Sanny, merupakan pengajar yang tergabung dalam APPBMI. Meskipun berkembang cukup pesat sayangnya pengajar Bahasa Mandarin yang mempunyai dasar ilmu pendidikan masih minim. Kebanyakan dari mereka masih berasal dari program studi bahasa atau sastra.
“Untuk pengajarnya kebanyakan berasal dari jurusan bahasa atau satra, bukan ilmu pendidikan. Jadi pelatihan atau workshop seperti ini bagus untuk menambah bekal,â€katanya.
Ia juga melihat prospek pengembangan Bahasa Mandarin cukup bagus apalagi dikaitkan dengan sektor pariwisata. Pada semester pertama tahun ini jumlah wisatawan Tiongkok yang berkunjung ke Bali menempati posisi kedua setelah Australia. Kondisi ini menurut Sanny juga terbuka dikembangkan di Yogyakarta sebagai kota pariwisata.
Sementara itu Ketua panitia pelatihan, Woro Prianggani, menjelaskan workshop yang digelar selama 6 hari tersebut diikuti sekitar 67 peserta yang terdiri dari mahasiswa, guru, dosen, dan masyarakat umum. Workshop menghadirkan pembicara dari Beijing Institute.
“Peserta mendapatkan sertifikat serta piagam karena di akhir program ada ujian tulis,â€kata Woro (Humas UGM/Satria AN)