YOGYAKARTA-Pantai merupakan salah satu tujuan wisata yang banyak diminati oleh masyarakat khususnya pada libur lebaran. Salah satunya pantai Parangtritis di Kabupaten Bantul. Pada hari libur besar, kunjungan ke Parangtritis bisa mencapai puluhan ribu orang. Hanya saja yang perlu diingat selain memiliki daya tarik untuk dikunjungi, pantai ini juga menyimpan bahaya yaitu adanya arus balik akibat gelombang yang mampu menyeret wisatawan ke tengah laut dan tsunami.
“Pantai Parangtritis telah memakan banyak korban jiwa, walaupun beberapa tahun terakhir ini tidak terjadi korban meninggal akibat terseret arus ketengah laut. Meski begitu pengunjung tetap harus berhati-hati dan mentaati peraturan setempat,â€ujar pengamat pantai dan tsunami UGM, Prof.Dr.Ir.Radianta Triatmadja, Senin (13/8).
Menurut Radianta terjadinya kecelakaan terseret arus di Parangtritis antara lain disebabkan karena adanya gelombang air laut yang tidak seragam saat mencapai bibir pantai. Ketidak seragaman gelombang ini dapat menimbulkan arus balik ke laut yang berbahaya bagi wisatawan. Selain itu, bentuk dasar laut yang tidak rata juga menyebabkan terjadinya arus yang mengarah kembali ke laut di lokasi-lokasi tertentu.
“Daerah cekungan disukai wisatawan karena gelombang yang menyapu pantai relatif lebih kecil sehingga air di cekungan tersebut juga relatif lebih tenang. Padahal, justru di daerah inilah arus balik ke laut terjadi,â€katanya.
Sayangnya, kata Radianta, tidak semua wisatawan mengindahkan pengumuman di papan peringatan yang bertuliskan “Dilarang mandi atau berenang di lautâ€. Tidak sedikit yang beranggapan bahwa bermain air dan mencelupkan diri sebatas lutut tidak berbahaya. Padahal, menurut Radianta dengan kondisi tersebut gelombang dapat datang sewaktu-waktu tanpa terduga. Wisatawan juga cenderung tidak menganggap bahaya adanya gelombang tinggi di sebelah kiri dan kanan mereka. Gelombang tersebut justru menyebabkan arus balik di sekitar lokasi mereka berada.
“Wisatawan yang bermain air terkadang juga tidak menghadap ke laut sehingga mereka tidak mengetahui datangnya gelombang. Sementara peringatan petugas ketika bahaya datang juga tidak mereka dengar karena kerasnya deru gelombang,â€imbuh guru besar Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan UGM itu.
Selain bahaya adanya arus balik, di Parangtritis juga memungkinkan terjadinya tsunami. Tsunami di Parangtritis dapat terjadi karena pergeseran dan tumbukan patahan lempeng bumi yang lokasinya berjarak sekitar 225 km di sebelah selatannya. Tsunami akan mencapai daratan (pantai Parangtritis) kurang dari 30 menit sejak gempa di daerah tersebut terjadi. Sirene tanda bahaya tsunami di Parangtritis baru dibunyikan setelah pemerintah meyakini kemungkinan adanya tsunami.
“ Jika keputusan pemerintah diambil setelah 10 menit, maka sisa waktu evakuasi kurang dari 20 menit,â€ungkapnya.
Radianta yang pernah melakukan kajian di tahun 2010 menyimpulkan bahwa tsunami di Parangtritis sangat spesifik. Jika tinggi tsunami di bawah 4 meter, maka ujung tsunami hanya akan mencapai jalan utama sepanjang pantai. Tetapi jika tsunami yang terjadi setinggi di Aceh pada tahun 2004 yaitu 10 meter, maka tsunami akan mencapai bukit di sepanjang pantai dan dipantulkan kembali ke laut.
“Apabila kondisi ini terjadi maka tsunami di daratan bisa mencapai setinggi 20 meter di atas permukaan laut dan akan menenggelamkan semua bangunan di pantai Parangtritis sehingga evakuasi ke bukit merupakan alternatif utama,â€tegas Radianta.
Berbagai kondisi tersebut serta tingkat pengawasan yang kurang optimal, misalnya karena kurangnya personil tim SAR dan posisi tim SAR yang jauh dari tempat wisatawan mengalami kecelakaan dapat mengakibatkan keterlambatan dalam penyelamatan. Oleh karena itu agar risiko terjadinya kecelakaan di pantai Parangtritis dalam liburan Idul Fitri mendatang dapat diminimalisir perlu adanya perhatian bersama baik dari pemerintah maupun para wisatawan itu sendiri.
Pemerintah perlu melakukan berbagai upaya meminimalkan musibah kecelakaan misalnya dengan membuat dan membagikan selebaran tentang bahaya pantai, membuat peraturan, larangan, atau tip tentang keselamatan selama kunjungan, melakukan perbaikan papan pengumuman, serta menyediakan tempat duduk tinggi sekitar 3 meter sebagai tempat pengamatan bagi tim SAR di beberapa lokasi strategis dekat dengan wisatawan.
“Selain itu kesiagaan terhadap bahaya tsunami di Parangtritis dapat ditingkatkan dengan berbagai cara antara lain dengan mengadakan sosialisasi jalur evakuasi kepada wisatawan, perbaikan petunjuk jalur evakuasi, mengurangi hambatan sepanjang jalur evakuasi dan pemberlakuan peraturan tidak menggunakan kendaraan bermotor untuk evakuasi,â€pungkasnya (Humas UGM/Satria AN)