Analisis dari beberapa lembaga analis ekonomi dunia menunjukkan bahwa dua puluh tahun kedepan di sekitar tahun 2030, Indonesia diperkirakan menjadi negara 10 besar ekonomi dunia. Posisi Indonesia hingga tahun 2050 diperkirakan akan terus meningkat, bersanding dengan beberapa negara ekonomi besar seperti Amerika Serikat, Cina, India dan Brasil.
Demikian disampaikan Rektor UGM, Prof. Dr. Pratikno, M.Soc.,Sc saat memisuda 724 Ahli Madya di Grha Sabha Pramana, Rabu (29/8). Dikatakannya, dalam sepuluh tahun kedepan, Indonesia diperkirakan menjadi salah satu motor penggerak pertumbuhan ekonomi dunia. Bahwa pengembangan industri di Indonesia diperkirakan meningkat tajam, dan sangat membutuhkan tenaga-tenaga trampil untuk mengisi kebutuhan industri dalam berbagai bidang.
“Untuk itu, kebutuhan terhadap lulusan pendidikan ilmu terapan, kebutuhan terhadap lulusan pendidikan vokasional akan terus meningkat dalam waktu dekat ini. Karenanya kelulusan saudara dari pendidikan vokasional sudah ditunggu masyarakat, terutama dunia industri, yang tentunya menunggu partisipasi saudara dalam mengakselerasi pembangunan ekonomi di Indonesia,” kata Rektor.
Menurut Rektor, pemerintah dan masyarakat luas menyadari tingginya kebutuhan terhadap lulusan vokasional yang semakin meningkat. Sebab pertumbuhan ekonomi dan perluasan industri tidak membutuhkan sertifikat dan gelar, namun yang lebih utama adalah kebutuhan keterampilan berbasis pemahaman keilmuan yang dibutuhkan dunia industri, baik itu manufaktur maupun non-manufaktur.
Bahkan sejak tahun 2009, pemerintah menargetkan rasio SMK dibanding SMA 2 : 1, artinya jumlah ideal SMK dua kali lipat jumlah SMA, dan upaya mendorong pengembangan pendidikan di SMK ini membawa konsekuensi pada pengembangan pendidikan vokasional atau ilmu terapan di tingkat pendidikan tinggi. “Kesadaran pemerintah akan pentingnya pendidikan vokasional ini, semakin dikokohkan dengan terbitnya UU No. 12 tahun 2012 tentang Perguruan Tinggi yang baru saja disahkan. UU ini memberikan landasan hukum yang kuat terhadap pengembangan pendidikan vokasi di Indonesia,” tuturnya.
Terbitnya UU tersebut, kata Rektor, merupakan angin segar bagi pengembangan pendidikan vokasional di UGM. Namun, Sekolah Vokasi UGM tidak perlu menunggu terbitnya UU PT untuk berprestasi. Bahkan Sekolah Vokasi UGM telah berupaya keras untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan mendekatkan mahasiswa dengan dunia kerja. Beberapa kerjasama yang dilakukan diantaranya pengembangan D-4 Teknik Alat Berat Hexindo Hitachi dan UGM, Kerjasama dengan Parametrik (provider resmi software Pro/Engineer) untuk memperoleh sertifikasi internasional untuk keahlian CAD/CAM/CAE berbasis Pro Engineer dan kerjasama ikatan dinas dengan PT. PLN.
Kerjasama lainnya penyelenggaraan rekrutmen tenaga kerja dengan Astra Otoparts, PT OSRAM, Triputra Group, PT Kawan Lama Sejahtera, PT Kaltim Prima Coal, Kayaba, produsen truk Hino, Perusahaan Pertambangan PT SIS dan PT THIESS, serta produsen alat berat PT Hexindo Adiperkasa. “Beberapa mahasiswa Sekolah Vokasi yang diwisuda hari ini adalah mahasiswa berprestasi yang telah mengharumkan nama UGM dan bangsa Indonesia, diantaranya juara Kontes Robot Nasional 2012 Divisi Robot Cerdas Berkaki dan akan mewakili Indonesia pada kompetisi Trinity College Fire-Fighting Home Robot Contest (TCFFHRC) 2013 di AS dan ada juga yang meraih medali perak Sepatu Roda 1500 meter dalam 26th SEA GAMES 2012,” papar Rektor.
Dalam Wisuda Program Diploma Periode IV 2011/2012 tercatat lama studi rata-rata 2 tahun 11 bulan dan waktu studi tersingkat diraih Yesi Rahayu dari Program Studi Kepariwisataan, Sekolah Vokasi yang lulus dalam waktu 2 tahun 4 bulan. Lulusan termuda Rut Lopian Nainggolan dari Program Studi Akuntansi, Sekolah Vokasi yang berhasil lulus dalam usia 19 tahun 8 bulan 15 hari. Sebanyak 149 wisudawan dinyatakan lulus dengan predikat cumlaude atau 20,58 persen dari 724 lulusan. Indeks Prestasi Tertinggi diraih Monica Destifanny, dari Program Studi Bahasa Jepang, Sekolah Vokasi yang berhasil lulus dengan IPK 3,93. (Humas UGM/ Agung)