YOGYAKARTA – Direktur PT. GULAKU (Sugar Group Companies), Julian Iverson Souhault, lulus doktor dengan predikat cumlaude dalam ujian promosi doktor bidang ilmu pertanian, Fakultas Pertanian UGM, Jumat (7/9). Bahkan anak sulung pemilik perusahaan gula terbesar di Indonesia ini berhasil lulus doktor dalam tempo dua tahun. “Selain cumlaude, Julian merupakan doktor ke-1718 yang lulus di UGM dalam waktu 2 tahun,†kata Dekan Fakultas Pertanian Prof. Ir. Triwibowo Yuwono, Ph.D. selaku ketua tim penguji.
Julian, kelahiram Amerika Serikat, 33 tahun lalu ini berhasil mempertahankan disertasinya tentang manajemen pemanfaatan lahan miring dalam perkebunan tebu mengatakan Sugar Group Company (SGC) memiliki tiga perusahaan operasional, PT Gula Putih Mataram, PT Sweet Indolampung (SIL) dan PT Indolampung Perkasa. Namun dari tiga perusahaan itu, PT. Sweet Indolampung (SIL) memiliki lahan miring lebih dari 50 persen dari 20.000 ha lahan yang digunakan. “Lahan perkebunan tebu dapat mencapai tingkat kemiringan 20 derajat,†kata anak sulung dari dua bersaudara ini saat mempresentasilan disertasinya dalam bahasa inggris.
Menurutnya, kemiringan tanah ini berisiko terjadi erosi sehingga menghilangkan unsur hara dan mengurangi kesuburan tanah serta dan pengurangan kapasitas retensi air. “Tentunya berpengaruh besar pada penurunan produksi tebu,†ujarnya.
Untuk mengatasi ini, kata Julian, perusahaan berupaya meningkatkan kapasitas sumber daya manusia untuk mengelola lahan miring perkebunan tebu berkelanjutan dengan peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan pembiasaan praktek konservasi tanah. “Keberhasilannya tergantung usia, pendidikan, pengalaman kerja, pangkat, prosedur operasi standar (SOP) dan pengalaman dalam mengelola lahan miring,†katanya.
Pengelolaan dan pemanfaatn lahan miring ini menurutnya sangat mendukung peningkatan produksi gula nasional. Dia mengatakan, kurun sepuluh tahun terakhir, Industri gula nasional mengalami penurun baik dari segi produksi dan luas areal perkebunan, meskipun beberapa upaya serius untuk perbaikan terus dilakukan. Produksi gula tebu nasional menurun dengan produktivitas 62,7 ton tebu / ha dengan rendemen sekitar 5-7%. “Pemerintah telah bekerja keras dengan melaksanakan program percepatan peningkatkan produksi tebu dan rencana merevitalisasi industri. Rencana ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas produksi dan produktivitas pabrik gula dalam negeri,†katanya.
Kepada wartawan, Julian mengatakan alasan dirinya melakukan penelitian tersebut untuk kepentingan perusahaan milik keluarganya. “Keberlangsungan perusahaan ini tidak hanya buat keluarga saya saja, tapi juga buat 60 ribu karyawan dan ribuan petani dari 14 desa yang ada di sekitar perusahaan,†katanya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)