YOGYAKARTA – Osteoporosis atau pengeroposan tulang kini menjadi perhatian serius bagi mereka yang memasuki usia lanjut. Makin meningkatnya usia harapan hidup maka jumlah kasus penyakit ini kian bertambah. Namun kejadian osteoporosis pada wanita tidak hanya karena pertambahan usia lanjut namun berhubungan dengan adanya perubahan hormonal pasca menopouse. Apalagi wanita Indonesia mencapai masa menopouse pada usia 48 tahun atau lebih cepat dibandingkan dengan wanita barat yang masuk menopouse usia 60 tahun. “Beberapa tahun pertama pasca menopause terjadi penurunan massa tulang yang cepat sebesar 5 % per tahun pada tulang trabekular dan 2-3 % per tahun pada tulang kortikal,†kata Dokter kebidanan RSUD Panembahan Senopati, Mochammad Any Ashari, dalam ujian promosi doktor di Fakultas kedokteran, Sabtu (15/9). Bertindak selaku promotor Prof. dr. Mohammad Hakimi, Sp. OG (K)., Ph.D., dan Ko-Promotor Prof. dr. Moch. Anwar Sp.OG., M.Med.Sc dan Dr. dr. Indwiani Astuti.
Any Ashari mengatakan tidak semua wanita mengalami osteoporosis kecuali mereka yang memiliki kecenderungan perubahan bentuk dan jumlah gen yang dapat menimbulkan terjadinya osteoporosis. Beberapa gen-gen yang cenderung mengalami perubahan dan menyebabkan osteoporosis yakni gen reseptor estrogen, vit D reseptor, apoliprotein E dan transforming growth factor beta 1 (TGF- 1). Gen yang terakhir ini merupakan salah satu sitokin yang tergabung dalam transforming growth factor beta superfamily. “Di dalam jaringan tulang, gen ini memegang peranan dalam perkembangan dan perawatan metabolisme tulang rawan maupun tulang dalam proses penurunan sel-sel osteoklast maupun sel-sel osteoblast dalam lingkungan tulang,†katanya.
Hasil penelitian Any Ashari, perbedaan kadar TGF- 1 pada wanita reproduksi normal yang lebih tinggi dibanding pada wanita klimaterium normal. Sedangkan untuk osteopenia dan osteoporosis, TGF- 1 pada wanita klimaterium bahkan lebih tinggi menurut kategori BMD. Adanya penurunan nilai BMD dan kadar TGF- 1 ini menyesuaikan tingkat usia seorang wanita baik pada masa reproduksi maupun masa klimaterium seiring dengan penurunan fungsi ovarium karena penurunan kadar estrogen yang mempengaruhi proses metabolisme tulang. “kadar TGF- 1 yang tidak sama pada setiap wanita memang tergantung dari hormon estrogen dan gen TGF- 1 yang diproduksi di setiap sel,â€ujarnya.
Kejadian osteoporosis yang meningkat pada masa klimaterium perlu diwaspadai pada wanita sehingga diperlukan upaya untuk mencegah terjadinya patah tulang. Saat ini, pengobatan osteoporosis banyak mengandalkan pada pemakaian agent anti-resorpsi seperti estrogen, calcium, calcitonin dan bisphosphonates. Menurut pria kelahiran Kediri, 57 tahun lalu, perlu juga digunakan obat-obat yang menstimuli pembentukan tulang misalnya fluoride, PTH, GH dan recombinant growt factor. (Humas UGM/Gusti Grehenson)