YOGYAKARTA-UGM sebagai balai pendidikan sekaligus balai kebudayaan mendukung upaya pelestarian naskah-naskah nusantara yang tersebar baik di dalam negeri maupun mancanegara. Hal ini ditegaskan oleh Rektor UGM, Prof. Dr. Pratikno, M.Soc.Sc pada sambutan pembukaan Simposium Internasional ke-14 Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manassa) di Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri (PKKH) UGM, Selasa (11/9). Simposium berlangsung 11-13 September 2012.
Pratikno mengatakan kegiatan yang diadakan di PKKH UGM ini sekaligus sebagai kontribusi nyata dukungan UGM dalam pelestarian dan pengembangan kebudayaan Indonesia terutama terkait dengan naskah-naskah nusantara.
“Saya rasa acara ini cocok diadakan di Yogyakarta apalagi terkait dengan disahkannya RUU Keistimewaan Yogyakarta baru-baru ini yang akan sangat menentukan posisi Yogyakarta baik di bidang politik pemerintahan, sosial maupun budaya,â€ujar Pratikno.
Rektor mendukung kegiatan tersebut apalagi selama ini mahasiswa sudah terlalu banyak belajar hal-hal yang terlalu ilmiah dan kurang humanis. Dengan demikian mahasiswa perlu belajar hal-hal yang terkait dengan budaya sehingga jiwa dan hatinya akan lebih terasah dalam upaya pelestarian kebudayaan.
“Sudah terlalu banyak hal-hal ilmiah sehingga perlu diasah lagi kegiatan yang terkait kebudayaan,â€katanya.
Sementara itu Ketua Umum Manassa, Dr. Oman Fathurahman menilai kegiatan yang melibatkan sekitar 185 peserta baik dari dalam negeri maupun mancanegara tersebut adalah bukti keseriusan dalam upaya penelitian dan pelestarian naskah nusantara. Simposium tersebut, kata Oman, sebagai bentuk penguatan tradisi akademik yang menyangkut pernaskahan di Indonesia.
â€Diharapkan bisa membuka akses penelitian dan penguatan tradisi akademik khususnya di bidang pernaskahan,â€tegas Oman.
Ditambahkan Oman dari berbagai catatan sejarah diketahui bahwa istana-istana di Nusantara telah menjadi pusat penulisan, penyalinan, pemeliharaan, dan pewarisan naskah. Istana menjadi skriptorium naskah-naskah Nusantara. Banyak naskah penting Nusantara dihasilkan di istana, dan banyak juga naskah-naskah penting yang dipreservasi oleh istana, serta diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya.
“Istana sebagai pusat kekuasaan sebuah kerajaan memainkan peran penting dalam pembentukan tradisi di masyarakatnya, lebih luas lagi kebudayaan,â€imbuhnya.
Gubernur DIY Sri Sultan HB X dalam pidato kunci yang dibacakan oleh Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi DIY, Drs. GBPH Yudhaningrat, M.M. berharap generasi saat ini bisa meneladani pesan-pesan penting yang tercantum dalam naskah-naskah kuno seperti babad, serat maupun primbon.
“Eling lan waspodo karena zaman saat ini banyak yang tidak pasti bahkan penuh rekayasa,â€pesan Sultan.
Sultan mengatakan budaya lokal bangsa harus diperkuat terutama di tengah gencarnya arus globalisasi. Kuatnya kebudayaan salah satunya juga karena dukungan masyarakat dari bangsa tersebut (Humas UGM/Satria AN)