Jepang mengakselerasi internasionalisasi dunia pendidikan dengan mencanangkan target mengundang mahasiswa/pelajar asing sebanyak 300.000 orang.
Dalam program ini termasuk “kosen” seantero Jepang yang menjadi bagian penting dari pencapaian target. Kosen diartikan sebagai Politeknik, dan saat ini terdapat sekitar 63 Kosen tersebar di seluruh perfektur di Jepang. “Untuk itu salah satu upaya internasionalisasi dengan menyelenggarakan Asian Student Kosen Experience Program yang diselenggarakan Kosen setiap tahun, dengan mengundang perwakilan mahasiswa pendidikan vokasi dari berbagai negara di Asia,” ujar Dr. Wikan Sakarinto di Kampus UGM, Jum’at (21/9)
Asian Student Kosen Experience Program tahun 2012 berlangsung di Toyama National Colleague of Technology selama 5 hari, tanggal 10 s.d 15 September 2012. Indonesia diwakili oleh tiga mahasiswa Sekolah Vokasi UGM, M. Shalahudin, David Sitompul, dan Moeh Imam setelah dinyatakan lolos beberapa seleksi. Mereka mengikuti kegiatan kuliah umum dan menyelesaikan berbagai tugas kelompok. Selain itu, mereka juga mengikuti berbagai program lain seperti kunjungan industri besar, seperti YKK dan Fujikoshi produsen Robot canggih untuk industri di Toyama.
“Sungguh merupakan pengalaman berharga bisa melihat langsung teknologi robot modern di kedua perusahaan raksasa Jepang tersebut. Para peserta juga mendapat kesempatan berharga bisa melihat langsung bendungan raksasa ‘Kurobe Gorge’ yang secara signifikan mensupply energi listrik Jepang paska tragedi kebocoran reaktor nuklir Fukushima Daiichi akibat terjangan tsunami besar pada tahun 2011,” papar Wikan menjelaskan.
Tak ketinggalan para mahasiswa dari berbagai negara seperti China, Korea, Thailand, Sri Lanka, Vietnam, Malaysia, Mongolia, Indonesia dan Philipina diajak mengikuti kegiatan budaya seperti berlatih judo dan upacara minum teh tradisional Jepang. Mereka sangat menikmati persahabatan internasional dalam setiap rangkaian kegiatan, dan diakhir Tim Indonesia dinyatakan masuk 3 besar setelah mempresentasikan semua kegiatan. “Pada acara penutupan, kita mendapatkan undangan untuk hadir kembali di even serupa pada tahun 2013 di Tomakomai Kosen, sebuah kosen di Pulau Hokkaido, Jepang bagian utara,” jelas Ketua Program Diploma Teknik Mesin SV-UGM.
Lebih lanjut, Wikan menjelaskan dari partisipasi di ajang Asian Kosen Experience Program, Sekolah Vokasi mendapat keuntungan dengan penjajagan serius untuk mewujudkan program pertukaran mahasiswa antara SV-UGM dan Toyama Kosen. Bahkan Vice President Toyama Kosen, Dr. Yoshinori Naruse menjanjikan mahasiswa Sekolah Vokasi UGM dapat mengambil kuliah dan praktek selama 1 semester di Toyama Kosen, bila kerjasama keduanya ditandatangani tahun ini. “Kuliah satu semester ini tanpa harus bayar SPP, pihak Toyama Kosen pun menyediakan fasilitas dormitory yang relatif murah, dan bagi mahasiswa Teknik Mesin Sekolah Vokasi UGM yang berhasil menyelesaikan dianggap menyelesaikan program magang dan masuk dalam transkip nilai akhir,” jelasnya lagi.
Wikan Sakarinto berharap program mampu membekali mahasiswa dengan wawasan internasional, pengalaman belajar di negara maju, dan mampu menyerap ilmu dari Jepang dalam mendidik bangsa hingga mampu menguasi teknologi dunia. Disamping itu, para mahasiswa makin terampil berhasa Jepang dan berkesempatan bekerja dan meneruskan studi di Jepang. “Tidak hanya dengan Toyama Kosen, SV-UGM dalam waktu dekat juga akan mengunjungi Akashi Kosen dan Kobe University. Yang jelas, mahasiswa diuntungkan dengan berbagai upaya pengembangan ini,” papar Wikan berharap.
Belajar dari sekolah Vokasi di Jepang, kata Wikan, mereka menyiapkan tenaga profesional yang memenuhi prinsip link and match sesuai dengan kebutuhan riil di industri. Kosen menerapkan komposisi 70% praktek dan 30% teori, dengan jumlah mahasiswa per kelas maksimum 40 orang, dan kurikulum dibangun bersama dengan pihak industri, serta banyak pengajar yang didatangkan dari praktisi di industri. Sementara kehadiran pihak industri pada proses pendidikan mendapat dukungan dari pemerintah yang secara rutin mensupport pengadaan mesin-mesin, dan berbagai peralatan canggih untuk laboratorium di Kosen. “Begitulah yang disampaikan Dr. Masaaki Yoneda, Presiden Toyama Kosen. Dengan demikian kurikulum berbasis kompetensi yang dibangun benar-benar terlaksana dengan baik, dan pada akhirnya lulusan kosen otomatis dijamin serapannya di dunia kerja, karena pihak user tidak perlu lagi terlalu lama melatih karyawan baru. Dengan bahasa yang lain, boleh dibilang perusahaan membeli kompetensi yang ada pada diri lulusan, yang dirancang jauh-jauh hari dan diciptakan bersama dengan pihak kampus,” pungkasnya. (Humas UGM/ Agung)