YOGYAKARTA – Dalam memulai bisnis, belajar untuk melahirkan kreativitas baru adalah sesuatu hal yang sangat penting. Bukan sekedar meniru, karena kebiasaan meniru tidak akan melahirkan kreativitas. Sehingga untuk menciptakan ide produk yang baru tentu harus berpikir di luar kotak. Ibarat belajar berenang, tidak cukup dengan tahu teorinya namun harus ‘nyemplung’ ke dalam air.
“Kreativitas itu ibarat berlian, anda harus mengasahnya agar tetap selalu bersinar. Jangan pernah memaki keadaan sebagai alasan karena anda belum siap menghadapinya,†kata CEO General Eelectric (GE) Indonesia, Dr. Ir. Handry Satriago, MM., MBA., saat mengisi kuliah tamu di Auditorium MM UGM.
Menurut Handry prinsip itu yang selalu ia pegang dalam bekerja selama lima belas tahun di GE Indonesia. Hingga kini jabatan CEO pun disandangnya. Padahal hampir lebih 70 tahun GE ada di Indonesia, baru saat ini ada CEO dari Indonesia. Pengalaman menjadi CEO ini menurut Handry membuat ia sadar akan pentingnya putra-putri bangsa untuk memiliki kemampuan majaerial dan kepemimpinan yang baik, agar bisa bersaing di tingkat global. “Jika tidak menjadi subjek dalam globalisasi, maka kita akan selalu menjadi objek,†imbuhnya.
Dia mengakui, untuk saat ini SDM Indonesia belum tumbuh untuk bisa ikut dalam persaingan global. Baginya, kondisi ini tak ubahnya dengar masa penjajahan Belanda dulu. Sehingga perlu dibangun lewat nasionalisme baru. “Bukan karena batik dan reog kita diakui orang lain. Lalu kita marah. Tapi dengan nasionalisme baru, kita harapkan putra-putri bangsa ini menjadi pemain global dan bisa memenangkan persaingan global dan mendapatkan keuntungan dari globalisasi,†tuturnya.
Untuk bisa menjadi wirausaha kelas dunia, kata Handry, tidak cukup menguasai teori berbisnis tapi berani untuk memulai sebagai bentuk tahap pertama dalam berbisnis. Baginya, bisnis tidak hanya bagan diagram chart, statistik, namun bisnis adalah eksekusi. “Para pengusaha ternama memulai berdasarkan perasaan. Memang tidak semua bisa berhasil, tapi semua dilakukan dengan memulainya dari awal. Jika punya mimpi besar, langkah pertama yang dibutuhkan adalah pengorbanan besar,†tambahnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)