YOGYAKARTA – Di dalam mulut ada jutaan bakteri. Bakteri tersebut berada diantara sela-sela gigi, di balik gusi, dan ujung akar gigi yang sudah berlubang. Karenanya menyikat gigi rutin dua hari sekali adalah salah satu cara untuk menyeimbangkan jumlah bakteri. Jika tidak, maka menimbulkan radang gusi. Bila radang ini sudah bersifat kronis maka memicu risiko munculnya penyakit jantung dan kematian janin.
Pakar kesehatan gigi dan mulut FKG UGM, Dr. drg. Ahmad Syaify, Sp.Perio (K) mengatakan radang gusi berpotensi menimbulkan fokal infeksi. Umumnya dari radang tersebut hasilkan bakteri jenis gram negatif anaerob. “Bakteri ini kemudian ikut aliran darah. Lalu mengeluar toksin berupa endotoksin yang bisa menimbulkan plak pada pembuluh darah di Jantung,†kata Direktur RSGM Prof. Soedomo Fakultas Kedokteran Gigi UGM ini dalam acara periksa gigi gratis Bulan Kesehatan Gigi Nasional (BKGN) yang di selenggarakan di FKG UGM, Kamis (27/9).
Selain itu, bakteri dari radang gusi ini merangsang hormon oksitosin yang menimbulkan kontraksi uterus dini yang menimbulkan kematian pada janin. “Makanya wanita hamil jangan sampai ada radang di dalam tubuh,†imbuhnya.
94 Persen Masyarakat Alami Masalah Gigi
Meski kesadaran masyarakat untuk memeriksakan kesehatan gigi makin meningkat, namun menurut Dekan FKG UGM Prof. Dr. drg. Iwa Sutardjo Rus Sudarso, S.U., Sp.KGA(K), kesadaran itu masih perlu ditingkatkan. Dia menyebutkan, data riset kesehatan dasar 2007 menunjukkan, sebanyak 78,9 persen penduduk Yogyakarta memiliki pengalaman karies dengan indeks gigi berlubang 6,53. Sedangkan hasil BKGN 2011 di FKG UGM terhitung sebesar 92 persen dari 1.791 pengunjung masih memiliki permasalahan gigi.
Dari hasil BKGN 2011 di 14 FKG hasil kerjasama dengan PT Unilever diperoleh data, sekitar 94 persen pengunjung mengalami permasalahan gigi. Hal ini terlihat dari jumlah tindakan perawatan gigi yang diberikan, dan sebagian besar pasien adalah anak-anak. “Penyakit gigi ternyata tidak bisa diremehkan karena bisa berakibat sistemik. Artinya, bisa memicu penyakit lain yang berbahaya bagi kesehatan tubuh,” ungkap Senior Branch Manager Pepsodent PT Unilever Indonesia Tbk, Varina Merdekawaty. (Humas UGM/Gusti Grehenson)