Pusat Studi Pancasila (PSP) UGM selama tiga hari, 21 s.d. 23 September 2012, di Desa Wisata Candran, Kebonagung, Imogiri, Bantul, mengadakan Pelatihan Kader Bangsa untuk pelajar tingkat sekolah menengah atas. Pelatihan bertujuan untuk memantapkan kepribadian dan karakter pelajar agar memiliki kepekaan sosial, rasa cinta tanah air, mandiri, jujur, bertanggung jawab, dan dapat bertindak positif untuk berkontribusi pada bangsa.
Sebelum dilepas dari kantor PSP UGM, peserta menikmati pertunjukan tarian kebangsaan dari Kalimantan. Selama mengikuti pelatihan di Desa Wisata Candran, Kebonagung, Imogiri, Bantul, para pelajar diinapkan di rumah-rumah penduduk sebagai bentuk pembelajaran interaksi dan komunikasi. Menginap di rumah penduduk menjadi bagian penting dalam kegiatan ini sebab mengacu pada pola pendidikan berbasis komunitas (community based education) sehingga para pelajar mendapat pendidikan dan melebur bersama nilai sosial-budaya yang ada di masyarakat. “Pelajar diharapkan mampu belajar dari masyarakat, oleh masyarakat, dan bersama masyarakat. Dimensi sosial-budaya yang telah menjadi tata nilai merupakan kearifan lokal yang menjadi bagian dari proses pendidikan yang dilakukan,” ujar Heri Santoso, M.Hum., di kampus UGM, Jumat (28/9).
Ditambahkan Heri, kemasan kegiatan ini diharapkan dapat menghadirkan harmonisasi peran masyarakat dan tujuan pendidikan dalam membentuk karakter dan kepribadian pelajar yang berlandaskan pada semangat kebangsaan. Beberapa kegiatan yang dilaksanakan adalah pemaparan materi terkait visi-misi, bela negara, problematika remaja, dan mengenal lambang Garuda Pancasila. Selain itu, peserta juga mengikuti wisata menggali sejarah, melukis caping, lomba perahu naga, dan praktik menanam padi. “Melalui kegiatan ini, para peserta dimantapkan karakter dan kepribadiannya menjadi kader bangsa yang nantinya setelah kembali ke sekolah dapat menjadi pioneer dan membawa pengaruh karakter kepemimpinan yang baik di kalangan seusia mereka,” imbuhnya.
Dikatakan bahwa kegiatan ini digelar karena persoalan remaja yang semakin lama semakin mengkhawatirkan dan jauh dari nilai-nilai kebangsaan, toleransi, dan cinta tanah air. Generasi muda kini telah menjadi generasi yang cenderung berperilaku destruktif dan salah arah. Berbagai kenakalan remaja, seperti tawuran, perkelahian, kriminalitas, dan tindak kejahatan lainnya menjadikan potret buruk remaja Indonesia. “Padahal, jika mau melihat konteks sejarah masa, remaja dan pemuda Indonesia mampu berkontribusi pada bangsa dengan berjuang dan bekerja keras untuk melawan penjajah, maka berbagai pergerakan nasional banyak diinisiasi oleh kaum pelajar dan pemuda Indonesia, seperti Budi Utomo, lahirnya Sumpah Pemuda, dan lain-lain,” ujar Heri.
Kegiatan pelatihan kader bangsa diikuti oleh 40 siswa-siswi dari 4 sekolah terpilih, yakni SMA BOPKRI 1 Yogyakarta, SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta, SMA Sang Timur Yogyakarta, dan MAN Yogyakarta 2. Kegiatan ini menghadirkan pemateri, antara lain Oki Rahadianto, M.Si. (Youth Studies Center UGM), Dinda Rizki Hutari (Putri Indonesia Wakil DIY 2011), Letkol Drs. Holimin, S.Abd., M.Si. (Akademi Angkatan Udara Yogyakarta), A.M. Bebet Darmawan (Trainer PSP), Nanang R. Hidayat, M.Sn. (Komunitas Rumah Garuda), dan Heri Santoso, M.Hum. (PSP). Kegiatan ini didukung oleh Asrama Mahasiswa Kalimantan untuk sajian tarian pembuka dan Satuan Resimen Mahasiswa UGM sebagai fasilitator.
Guru PKn pendamping dari SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta, Dra. Niken Yuliasih, cukup merasa senang dengan kegiatan ini. Ia menuturkan pendidikan di luar kelas sangatlah penting untuk dilakukan, terlebih apabila area kegiatan dilakukan secara nasional. “UGM telah menunjukkan sebagai kampus kerakyatan dengan mengajak siswa-siswi belajar langsung dari rakyat dan menghormati nilai-nilai toleransi, gotong-royong, dan hidup bersama rakyat,” ujar Niken Yuliasih. (Humas UGM/ Agung)