YOGYAKARTA – Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Parekraf), Dr. Sapta Nirwandar, mengusulkan agar pemerintah provinsi DIY untuk segera membenahi fasilitas infrastruktur pariwisata yang ditengngarai sudah tidak memadai seiring makin banyaknya wisatawan yang berkunjung ke DIY. Yang paling mendesak untuk dibenahi adalah memindahkan lokasi bandara sesegera mungkin karena kondisinya tidak mampu lagi menampung banyaknya jumlah pesawat. “Sudah lama kita usulkan, kalo tidak (lintasan) dipanjangin atau dipindah,†kata Sapta Nirwandar ditemui disela menghadiri ujian promosi doktor di Sekolah Pascasarjana UGM, Jumat (28/9).
Menurutnya, kondisi bandara Adisucipto saat ini sudah tidak mampu menampung banyak jumlah pesawat bahkan tidak mampu menampung pesawat berbadan lebar yang membutuhkan lintasan cukup panjang. “Sudah tidak memadai lagi. Dulu hanya menampung beberapa pesawat. Sekarang sudah banyak sekali,†katanya.
Selain itu, dia mengatakan kemacetan sudah menjadi masalah serius di kota Yogyakarta. Hal itu perlu dipikirkan segera solusinya. “Macetnya bukan lagi di Malioboro. Sekarang macet (antri pesawat) di udara,†katanya.
Menjawab pertanyaan wartawan tentang pengembangan ekonomi kreatif, kementerian pariwisata tahun ini menggelontorkan dana sebesar 600 milyar. Dana tersebut dialokasikan per program, diantaranya pembangunan dan pengembangan taman budaya, tempat pertunjungan, ekonomi kreatif, dan menumbuhkan dunia fashion. “Semacam dana dekonsentrasi dan desentralisasi dan dukungan kepada daerah,†katanya.
Dia juga menyebutkan DIY merupakan salah satu daerah destinasi unggulan pariwisata sebagai pusat tumbuhnya ekonomi kreatif. Sementara daerah lainnya adalah Solo, Bali, Bandung, Malang, Padang.
Dalam kesempatan yang sama, Dr. Frans teguh, Kepala Bagian Perencanaan dan Kerjasama, Kemenparekraf, yang menjadi promovenduz dalam ujian doktor, mengatakan model praktik tata kelola berbasis nilai menjadi bagian penting dalam pembangunan destinasi pariwisata. Untuk itu diperlukan peran serta seluruh komponen masyarakat melalui kajian, penelitian dan pengayaan, agar kepariwisataan berkontribusi dalam mensejahterahkan masyarakat. “Kualitas pengalaman wisata dan keberlanjutan destinasi pariwisata ditentukan oleh kompetensi dan kapasitas pengelolaan entitas destinasi pariwisata itu sendiri,†pungkasnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)