YOGYAKARTA-Produksi lada di Sulawesi Tenggara terus menurun dari tahun ke tahun akibat gangguan hama dan penyakit, terutama penyakit busuk pangkal batang lada yang disebabkan oleh Phytophthora capsici. Luas serangan P. capsici pada lada tahun 2005 mencapai 67% dibandingkan organisme lainnya. Sementara itu, besarnya kerugian yang ditimbulkan oleh penyakit ini pada awal tahun 2006 sebesar 4,9 miliar dan akhir tahun 2007 meningkat menjadi 19,5 miliar rupiah. “Pergeseran cuaca yang tidak menentu diduga kuat mendukung terjadinya epidemi penyakit busuk pangkal batang di berbagai daerah di sana,†kata La Ode Santiaji Bande dalam ujian terbuka Program Doktor Fakultas Pertanian UGM, Sabtu (29/9), di Auditorium Fakultas Pertanian UGM.
Pada ujian itu, Bande mempertahankan disertasi berjudul ‘Epidemi Penyakit Busuk Pangkal Batang Lada di Provinsi Sulawesi Tenggara’. Bande menambahkan model perkembangan penyakit busuk pangkal batang lada bervariasi pada berbagai kondisi agroekosistem lada. Berdasarkan kondisi agroekosistem pertanaman lada, intensitas penyakit busuk pangkal batang lada tertinggi terdapat di Kabupaten Konawe, dan laju perkembangan penyakit tertinggi terdapat pada pertanaman lada yang gulmanya sedikit. “Perkembangan penyakit ini biasanya didukung oleh patogen yang virulen dan lingkungan yang sesuai,†ujar pria kelahiran Wou, 6 Juni 1970 itu.
Ia menjelaskan unsur cuaca yang secara langsung menyebabkan peningkatan laju epidemik penyakit busuk pangkal batang lada pada tiap daerah bervariasi dan yang paling dominan adalah curah hujan. Peningkatan laju epidemik penyakit di Kabupaten Konawe Selatan disebabkan oleh peningkatan curah hujan dan lengas tanah, di Kabupaten Konawe oleh suhu udara dan curah hujan, sedangkan di Kabupaten Kolaka oleh suhu udara, jumlah hari hujan, dan curah hujan.
Dari hasil penelitiannya, Bande berharap agar strategi pengendalian penyakit busuk pangkal batang lada di Sulawesi Tenggara yang dimulai dari perbaikan kultur teknis dapat menghambat perkembangan penyakit itu, seperti penggunaan bibit yang sehat, pembuatan saluran drainase, penanaman tanaman penutup tanah, penyiapan terbatas hanya di bawah tajuk tanaman lada, dan pemupukan yang berimbang. “Taktik pengendalian penyakit busuk pangkal batang lada tiap daerah berbeda, antara lain dengan melihat agihan, pola perkembangan penyakit, gatra lingkungan serta inokulum pathogen,†terang staf pengajar Universitas Haluoleo ini.
Selain itu, perlu diterapkan pemeliharaan gulma di antara tanaman lada dan disiang bersih di bawah tajuk tanaman lada saja sehingga gulma di pertanaman lada tidak perlu disiang sampai bersih (tanpa gulma). Ke depan juga perlu dilakukan uji kesehatan medium tanam pembibitan dan kesehatan lahan dipertanaman lada dengan umpan daun lada untuk mengetahui tingkat kerapatan inokulum P. capsici secara berkala. “Yang tidak kalah penting adalah penelitian lanjut tentang inang alternative dari P. capsici baik pada gulma maupun pohon pelindung yang digunakan,†pungkas Bande (Humas UGM/Satria AN)