YOGYAKARTA – Sosok Yahya Muhaimin memang fenomenal bagi mereka yang pernah mengenalnya. Bukan lantaran pernah menjadi menteri pendidikan nasional, tapi hasil tulisan-tulisannya yang selalu menjadi rujukan bagi mahasiswa dan dosen. Saat mahasiswa, pria kelahiran Bumiayu, Jawa Tengah, 69 tahun lalu itu menulis skripsi ‘Perkembangan Militer dalam Politik di Indonesia 1945-1966’. Skripsi yang ditulis tahun 1970 itu dinobatkan sebagai skripsi terbaik UGM dan dibukukan oleh penerbit Gamapress. Bukan sekedar dibukukan, buku tersebut menjadi rujukan dosen untuk mengajar mahasiswa S2 dan S3. Buku ini sempat dicetak ulang tahun 1982. Dua puluh tahun kemudian, 2002, buku ini pun dicetak kembali.
“Buku itu dianggap buku legendaris. Bagi kalangan dosen, buku ini sering jadi buku wajib dalam mengajar,†ujar dosen ilmu pemerintahan Fisipol UGM sekaligus Rektor UGM Prof. Dr. Pratikno, M.Soc.,Sc., dalam diskusi buku biografi Yahya Muhaimin, ‘Tiga Kota satu Pengabdian:Jejak Perjalanan Yahya A.Muhaimin’, di ruang seminar Fisipol, Rabu (3/10). Selain Pratikno, hadir Rektor UNY Prof. Dr. Rochmat Wahab, Pengurus PP Muhammadiyah, Dr. Haedar Nashir, M.Si., dan Mantan Ketua LIPI Prof. Dr. Umar Anggoro Jenie.
Diakui Pratikno, selaku kolega sesama dosen Fisipol, setiap kemunculan tulisan Prof. Yahya Muhaimin selalu menjadi trend setter untuk bahan penelitian para dosen lainnya. “Semua ingin menulis tema yang sama,†katanya.
Karena buku hasil skripsi Yahya Muhaimin ini kemudian mendorong mahasiswa untuk mengikuti jejak yang sama, berharap skripsi mereka juga dibukukan. “Banyak mahasiswa yang menulis skripsinya lama, hingga lulusnya lama,†ujarnya.
Buku karya Yahya Muhaimin lainnya yang dianggap menjadi rujukan, diantranya ‘Bisnis dan Politik Kebijaksanaan Ekonomi Indonesia 1950-1980’. Buku tersebut merupakan hasil tulisan disertasi saat dirinya mengambil pendidikan doktor di Massachusetts Institute of Technology (MIT), Cambridge, Amerika Serikat.
Bagi Rochmat Wahab, Yahya Muhaimin adalah sosok muslim dan intelektual yang selalu tampil sederhana, humanis dan dermawan. Kedermawanan beliau ditunjukkan dengan merintis dan mengembangkan pendidikan di daerah tempat kelahirannya, Bumiayu.
Saat menjadi Menteri, kebijakan yang paling populer yang paling diingat Rochmat Wahab adalah adanya pengakuan terhadap jalur pendidikan non formal yang dianggap setara dengan pendidikan formal. “Sebelumnya pendidikan non formal dianggap inferior,â€imbuhnya.
Sementara pergaulan di PP Muhammadiyah, menurut Haedar Nashir, Yahya Muhaimin selalu menempatkan dirinya bukan orang yang senior di ormas tersebut. Bahkan sering menganggap dirinya sebagai orang yang baru belajar berorganisasi. “Dalam keadaan apa pun, siapapun dibikin nyaman berkomunikasi dengannya. Kita yang muda selalu dibikin kikuk,†katanya.
Prof. Dr. Yahya Muhaimin dilahirkan di Bumiayu Jawa tengah 17 Mei 1943. Suami Choifah Muhaimin ini dikarunia empat orang anak. Pendidikan Dasar hingga menengah diselesaikan di Purwokerto. Lalu tahun 1963 melanjutkan kuliah di jurusan perbandingan agama IAIN Yogyakarta dan Jurusan hubungan internasional Fisipol UGM. Di IAIN lulus 1967 sedangkan di UGM tahun 1970. Selama jadi dosen pernah menjabat Dekan Fisipol 1994-1997 dan Kepala Pusat Studi Keamanan dan Perdamaian. Tahun 2005 dikukuhkan sebagai Guru Besar. Kini, setelah pensiun, Yahya Muhaimin tengah merintis pendirian perguruan tinggi islam di Bumiayu, Puwokerto. (Humas UGM/Gusti Grehenson)