Tingginya angkatan usia produktif atau yang sering disebut sebagai bonus demografi di Indonesia menjadi modal penting dalam menumbuhkan wirausaha mandiri. Dengan komposisi usia produktif yang dimiliki, posisi Indonesia dalam peta ekonomi dunia lebih menguntungkan pada 20-30 tahun ke depan.
“Kita beruntung memiliki bonus demografi dengan angkatan usia produktif yang cukup besar. Beda dengan Jepang yang kini stagnan ekonominya karena dominan usia tua yang tak lagi produtif, ini kesempatan kita menumbuhkan pengusaha muda baru,” kata Abdulrachman, Direktur Institusional PT. Bank Mandiri Tbk saat berbicara di hadapan lima ratus mahasiswa peserta National Lecturer Series bertema Inovasi Untuk Indonesia Mandiri, di Auditorium Magister Manajemen UGM, Kamis (4/10).
Kuliah umum tentang kewirausahaan yang diikuti 10 Perguruan Tinggi di Yogyakarta dan 11 Perguruan Tinggi diluar melalui video streaming ini menghadirkan pembicara Sandiaga S Uno, CEO Saratoga Capital dan Saptuari Sugiharto, Alumnus Wira Usaha Mandiri sekaligus Pengusaha Kedai Digital. Keduanya memberikan testimonial dan pengalaman jatuh bangun mengembangkan usaha dari nol hingga beromset miliaran rupiah.
Abdulrachman menyatakan Bank Mandiri melalui program Wirausaha Muda Mandiri terus aktif terlibat dalam penciptaan pengusaha muda di tanah air lewat workshop dan kerjasama pusat pelatihan entreprenuership di kalangan mahasiswa. Melalui program bina lingkungan, dengan serial workshop kewirausahaan ini diharapkan target menciptakan pengusaha muda handal ke depan dapat terpenuhi.
“Jika dibandingkan dengan negara lain, Indonesia masih harus kejar ketinggalan dalam komposisi pengusaha. Amerika Serikat bisa mencapai 12 persen, Singapura hingga 7,2 persen dan Malaysia bisa 3 persen dari total penduduk adalah pengusaha, kita masih kurang dari 2 persen,” katanya.
Bank Mandiri sejak 2007 secara aktif terus berupaya menciptakan pengusaha muda baru. Dari langkah fasilitasi penciptaan entreprenuer yang dilakukan telah menghasilkan sejumlah pengusaha muda handal. Diantaranya, Elang Gumilang (24 tahun) pemenang Wirausaha Muda Mandiri tahun 2007 di bidang real estate untuk rumah sangat sederhana. “Kini omset usaha Elang telah mencapai 185 miliar rupiah di tahun 2011, dan ada lagi Hengki pengusaha Bakso Malang yang memiliki omset 18,35 miliar dan pernah menjadi pemenang Wira Usaha Mandiri di tahun 2008,” tutur Abdurachman.
Sandiaga S Uno menyebutkan bonus demografi dengan porsi besarnya usia produktif menjadi keuntungan yang yang harus dimanfaatkan untuk peningkatan ekonomi nasional. Sebab populasi kelompok produktif Indonesia yang telah mencapai angka 67 persen dan 50 persen di antaranya merupakan usia 30 tahun ke bawah.
“Bonus demografi ini harus benar-benar dimanfaatkan apalagi nanti di rentang 2013-2030, kelompok usia produktif mendominasi perekonomian. Tneu dibutuhkan langkah strategis untuk menciptakan pengusaha muda baru yang tangguh,” kata Sandiaga.
Sandiaga berkisah dirinya merintis usaha di tahun 1997 di saat krisis, usaha diawali dengan 3 orang karyawan dengan menyewa ruang usaha bekas kantor agen model. Kini usahanya telah berkembang dengan 25 ribu karyawan yang tersebar di sejumlah daerah di tanah air. “Sejumlah kunci sukses menjadi pengusaha yaitu dispilin, kreatif, inovasi dan fokus pada usaha. Elang Gumilang itu contoh bagaimana kreatifitas dan inovasi dilakukan. Konsumen rumah sederhana itu menambah inovasi dengan mengupayakan pemilik RSS bisa berhemat listrik,” kata Sandiaga.
Ditandaskan untuk menjadi pengusaha handal dibutuhkan nafas panjang dan selalu bekerja keras dan tidak instant. Sebab tidak ada jalan pintas menuju sukses, pengusaha biasanya harus jatuh bangun mengembangkan usaha.
Saptuari Sugiharto, alumnus Fakultas Geografi UGM, pengusaha muda sekaligus motivator bisnis, mengungkapkan dirinya mengawali usaha semenjak masih duduk di bangku kuliah. Untuk menjadi pengusaha, kata dia, harus berani memutus urat malu atau memiliki nyali dalam berbisnis dan memanfaatkan peluang usaha yang ada.
“Usaha Kedai Digital, yang saya kembangkan bermula dari satu kios kecil, dan kini sudah memiliki 65 cabang di 32 kota di tanah air. Memang ada kegagalan yang kita temui dalam merintis usaha, tapi kita harus segera habisi jatah gagal dan waktunya untuk memulai kesuksesan,” kata Saptuari. (Humas UGM/ Agung)