Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN, Kementerian Luar Negeri dan Universitas Gadjah Mada sepakat mendirikan Center for ASEAN Studies di UGM. Kesepakatan tersebut tertuang dalam naskah kerjasama yang ditandatangani Rektor Prof. Dr. Pratikno, M.Soc.Sc dan I Gusti Agung Wesaka Puja, MA, Direktur Jenderal Kerjasama ASEAN, Kementerian Luar Negeri, di ruang Seminar Timur, Fisipol UGM, Kamis (5/10).
Dirjen Kerjasama ASEAN, Kemenlu, I Gusti Agung Wesaka Puja, MA mengatakan kerjasama ini menjadi even penting guna menggalang kerjasama lebih erat antara masyarakat ASEAN dan UGM di bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian pada masyarakat. Di bidang pengabdian, kerjasama ini diharapkan mampu memperkenalkan ASEAN untuk masyarakat secara keseluruhan, termasuk kalangan universitas dan akademisi.
“Karena ASEAN bukan hanya konsep yang diawang-awang saja, atau hanya dikenal oleh para elit yang ada di Jakarta saja, tapi lebih utama adalah konteks people center, people oriented, agar ASEAN lebih diperkenalkan dan disosialisasikan pada masyarakat hingga lebih pada people oriented sehingga lebih dikenal masyarakat,” katanya.
Dengan penandatanganan kerjasama, pemahaman masyarakat diharapkan menjadi lebih baik dan bermutu sehingga dapat menjadi modal menyongsong One Singgle ASEAN community di tahun 2015. Dengan pemahaman yang sama terhadap komunitas ASEAN, masyarakat secara bersama maju dalam menghadapi persaingan global. “Karena bagaimanapun juga kekutan nasional dan kekutan regional akan bersama-sama menghadapi tantangan tersebut di masa depan,” paparnya.
Kata Dirjen, realisasi dari kerjasama ini adalah pendirian ASEAN Study Center di UGM. UGM dinilai memiliki cukup Sumber Daya Manusia dan sebagian pakar menaruh minat ketertarikan pada ASEAN serta diharapkan sumbangan pemikiran-pemikirannya. “Dengan begitu Indonesia lebih bisa berperan dan para pakar khususnya dari Fisipol menjadi cikal bakal dari ASEAN Study Center. Hal ini tentu menjadikan UGM sebagai institusi yang semakin kuat dan terbuka untuk siapapun yang berminat mempelajari ASEAN lebih jauh,” katanya.
Harapan sama disampaikan Rektor UGM, bahwa MOU menjadi momen penting memasuki era One Single ASEAN Community pada tahun 2015. Untuk itu, perlu kerja keras agar bangsa Indonesia memiliki kontribusi penting dan menjadi pemimpin di Asean nantinya. Bagi UGM, banyak hal yang harus dipersiapkan guna menghadapi situasi tersebut, diantaranya penguatan kapasitas SDM masyarakat Indonesia untuk menghadapi mobilitas dan tenaga kerja yang semakin terbuka diantara negara-negara di ASEAN. “Kita sedang mempersiapkan diri, bukan hanya untuk mendukung kemampuan teknis dan keilmuan semata, namun juga bentuk dukungan-dukungan yang lainnya.
Karena itu diperlukan penguasaan bahasa, bila bahasa inggris telah menjadi first language maka diperlukan lagi untuk penguasaan bahasa yang lainnya. UGM menyediakan fasilitas pembelajaran untuk itu dan terbuka untuk mereka yang akan mempelajari bahasa-bahasa lain di Asia. “Jika dulu sudah harus wajib berbahasa inggris, sekarang harus wajib bisa berbahasa tagalog, misalnya. Ini yang harus dipersiapkan agar kita mampu bermain dan bersaing di kawasan ASEAN untuk memasuki era One Singgle ASEAN Community,” tuturnya.
Kata Rektor, dukungan Kementerian Luar Negeri sangat diperlukan. Apalagi mandat kerjasama tidak lagi harus G to G, namun bisa melalui people to people. “Spirit inilah yang juga dikembangkan di UGM, terutama di Fisipol, misalnya mahasiswa mengembangkan tentang Amerika Latin dengan membentuk SIPAL, terus dengan Scandinavia membentuk Scandinavia Community. Hal-hal semacam ini menunjukkan bahwa yang penting adalah mempersiapkan generasi guna membangkitkan minat mempelajari negara lain secara lebih intesif,” imbuhnya.
Dalam penandatangan MOU sekaligus memperingati 35 tahun hubungan ASEAN dan Kanada, hadir Duta Besar Kanada untuk Indonesia, H.E MacKenzie Clugston. Ia memberikan apresiasi tinggi atas kerjasama yang solid antara Kanada dan ASEAN selama ini. Karena itu, Kanada terus berupaya berpartisipasi secara aktif dalam pertemuan-pertemua yang diadakan ASEAN.
Bagi Kanada, kata MacKezie, ASEAN memiliki posisi penting dan hubungan harmonis ini diharapkan terus berlanjut. Selain menggelontorkan dana 28 juta dollar untuk kegiata 4 tahun kedepan, Kanada menaruh harap peran penting dari forum semacam Kanada Bisnis council dan Kanada Regional Forum. “Saya berharap terus berlanjut dan keduanya saling memfasilitasi untuk kepentingan bersama,” ujar MacKenzie. (Humas UGM/ Agung)