YOGYAKARTA-Pertehan nasional dewasa ini tengah mengalami keterpurukan. Setidaknya ini terlihat sejak tahun 90-an produksi teh nasional mengalami penurunan. Hal tersebut tidak lepas dari harga teh dalam negeri yang relatif rendah serta pasar yang tidak menyerap secara maksimal.
“Produksinya mengalami penurunan padahal di sisi lain permintaan atau konsumsi naik,â€kata Direktur Utama PT Pagilaran, Ir. Rachmad Gunadi, M.Si., di sela-sela Festival Teh Internasional, Yogyakarta Tea Talk, Minggu (7/10) di Auditorium Fakultas Pertanian UGM.
Rachmad menambahkan persoalan teh nasional tidak bisa lepas dari persoalan di hulu yaitu produksi. Diakuinya biaya produksi teh memang tidak menarik sehingga banyak ditinggalkan dan beralih ke sektor lain seperti karet dan sawit. Melihat kondisi itu maka tata niaga teh nasional, kata Rachmad, perlu segera dibenahi.
“Ini juga terkait persoalan ekonomi dan politis. Slogan pangan murah jangan kemudian itu berlaku pada harga teh kita,â€harapnya.
Pada kesempatan itu Rachmad mencontohkan harga teh dalam negeri yang cukup rendah dibandingkan harga teh luar negeri. Jika di dalam negeri harga teh mencapai 2 dolar per kg-nya, maka di luar negeri seperti India harganya bisa mencapai 70 dolar per kg-nya.
Untuk itu Rachmad berharap melalui acara semacam ini bisa sebagai cara yang berbeda dalam melihat persoalan teh dalam aras global. Ini juga terlihat dengan dihadirkannya beberapa Mater Tea internasional, yaitu Mr Ip Wing Chi (China), Soren Bisgaard (Jepang) dan Rajah Banarjee (India). Kehadiran mereka menjadi ajang berbagi pengalaman dan bersama-sama menyerukan ke seluruh penjuru dunia tentang apresiasi terhadap teh.
Sementara itu dr . Sunardi Radiono, Sp.KK (K) dari Fakultas Kedokteran UGM menegaskan bahwa dari riset laboratorium, percobaan hewan serta studi populasi, teh memiliki manfaat yang baik bagi kesehatan seperti untuk penyakit keganasan maupun degeneratif.
“Jantung, hipertensi, hingga penurunan fungsi syaraf,â€tegas Sunardi.
Hanya saja yang perlu diperhitungkan adalah teh yang berkualitas, jenis serta jumlahnya. Ada kalanya penyajian teh bagi anak-anak yang menderita anemia tidak baik diberikan bersamaan dengan pemberian makan. Penyajian teh untuk kesehatan dalam pandangan Sunardi juga berbeda dengan masyarakat Jawa yang menyukai teh nasgitel (panas, manis dan kental).
“Sifat antioksida teh bisa menghambat penuaan,â€terangnya (Humas UGM/Satria AN)