Perubahan lingkungan usaha yang terjadi dengan cepat menimbulkan kesadaran berbagai pihak, bahwa model pelaporan keuangan tradisional yang menekankan informasi keuangan masa lalu tidak lagi memadai dan perlu diperluas. Oleh karena itu, komunikasi naratif dalam laporan tahunan dipandang sebagai elemen penting perubahan untuk mencapai kualitas pelaporan yang diharapkan. Bahkan lembaga pengatur di berbagai negara mewajibkan perusahaan mengungkap informasi analisis dan pembahasan manajemen dalam laporan tahunan untuk memberi kesempatan kepada investor melihat perusahaan dari mata manajemen.
Demikian pernyataan Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Bambang Suripto di Auditorium BRI, Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM, Jum’at (5/10) saat melaksanakan ujian terbuka program doktor. Didampingi promotor Prof. Dr. Zaki Baridwan, M.Sc dan ko-promotor Prof. Dr. Indra Wijaya Kusuma, MBA serta Dr. Bambang Riyanto LS., MBA, promovendus mempertahankan desertasi “Manajemen Impresi Dalam Pembahasan Kinerja Perusahaan Oleh Manajemen Pada Bagian Naratif Laporan Tahunan”.
Ia katakan manajer dapat menggunakan penjelasan untuk membingkai hasil-hasil organisasi guna mengarahkan interprestasi terhadap data yang dilaporkan. Manajer dapat menggunakan berbagai strategi verbal untuk mempengaruhi persepsi para pemangku kepentingan terhadap kinerja perusahaan. Bahwa bagian naratif laporan tahunan merupakan media yang efektif untuk melakukan manajemen impresi karena kedekatannya dengan laporan audit dapat meningkatkan kredibilitas pengungkapan. “Hasil penelitian menunjukkan investor rentan terhadap bias manajemen, dan ekspresi juga memberikan bukti pemakai laporan dipengaruhi oleh manajemen impresi,” katanya.
Berbagai teknik manajemen impresi dalam bagian naratif laporan tahunan seringkali dipergunakan oleh manajer. Berbagai teknik manajemen impresi tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu penyembunyian (concealment) dan atribusi (atribution). Teknik manajemen impresi concealment dilakukan oleh manajer dengan cara menyembunyikan atau mengaburkan (obfuscate) berita buruk dan/ atau menekankan (emphasize) berita baik. Sementara teknik manajemen impresi melalui atribusi dilakukan oleh manajer dengan cara lebih banyak mengatribusi hasil-hasil organisasi yang baik ke faktor internal (entitlement) dan hasil-hasil buruk ke faktor eksternal (defensive).
Sejumlah penelitian, menurut Bambang, memberi bukti mengenai keberadaan dan pola atribusi kausal pada bagian naratif laporan tahunan perusahaan. Pada umumnya riset menemukan keberadaan atribusi kinerja dan pola atribusi self-serving termanifestasikan dalam kecenderungan untuk mengaitkan peristiwa positif ke penyebab internal dan peristiwa negatif ke penyebab eksternal. “Pola tersebut tergolong oportunistik, bias atau hedonisme karena memungkinkan orang untuk mengambil keuntungan dari keberhasilan dan menghindari kesalahan terhadap kegagalan,” ungkapnya (Humas UGM/ Agung)