YOGYAKARTA-Penyakit myopia (rabun jauh) di kalangan siswa-siswi SMP di Propinsi DIY ternyata cukup tinggi. Hasil penelitian awal yang dilakukan para dokter mata dari Fakultas Kedokteran (FK) UGM terungkap ada sekitar 26% (167 dari 627 siswa) siswa SMP di DIY terserang rabun jauh.
“Hasil penelitian di beberapa SMP di Kota Yogyakarta, Sleman dan Kulon Progo ternyata cukup tinggi mencapai 26%,â€papar dr. Agung Nugroho dari Bagian Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran (FK) UGM, di sela-sela peringatan World Sight Day 2012, di KPTU FK UGM, Kamis (11/10).
Agung menambahkan hasil penelitian tersebut dengan pola distribusi di daerah perkotaan (urban) sebesar 47,8% (54 dari 113 siswa), daerah sub-urban berkisar antara 22,2% (61 dari 275 siswa) dan 30,4% (35 dari 115 siswa) serta daerah pedesaan (rural) sebesar 13,7% (17 dari 124 siswa).
Menurut Agung beberapa penyebab tingginya angka penderita rabun jauh tersebut antara lain faktor keturunan, membaca terlalu dekat, membaca di tempat gelap, dll.
“Budaya semacam ini lah yang perlu dirubah khususnya bagi anak-anak kita,â€paparnya.
dr. Siti Sundari, SpM, M.Kes selaku Ketua Persatuan Dokter Ahli Mata (Perdami) DIY mengaku prihatin dengan maraknya penyakit rabun jauh yang diderita para siswa SMP ini. Selain itu ia juga prihatin saat ini angka kebutaan yang menyerang masyarakat Indonesia masih tinggi. Sebagai salah satu bentuk keseriusan penanggulangan kebutaan tersebut saat ini tengah dirintis berdirinya komite penanggulangan kebutaan.
“Ide adanya komite untuk penanganan kebutaan ini nantinya ada di tiap daerah,â€tambah Siti.
Sementara itu Kepala Bagian Ilmu Penyakit Mata FK UGM-RSUP Dr. Sardjito, dr. Agus Supartoto, Sp.M.(K). menambahkan bahwa katarak merupakan penyakit mata yang pasiennya tertinggi berobat di sana. Setelah itu disusul glaukoma, kelainan refraksi dan kelainan retina.
“Untuk katarak setiap bulan kita juga sudah melakukan operasi gratis bagi masyarakat,â€imbuh Agus.
Di tempat sama Ketua Seksi Pemberantasan Buta Katarak Perdami DIY, Prof. dr. Suhardjo, SU, SpM(K) mengatakan katarak memang masih menjadi penyebab utama kebutaan. Sedangkan secara global, kelainan refraksi yang tak terkoreksi optimal adalah penyebab utama gangguan penglihatan, namun di negara miskin-sedang, katarak masih menjadi penyebab utama kebutaan.
“Kalau di negara maju penderita katarak rata-rata usia 80 tahun. Tapi di Indonesia penderitanya rata-rata mulai umur 50 tahun sudah terserang. Biasanya mereka itu perokok ataupun penderita penyakit gula,â€kata Suhardjo (Humas UGM/Satria AN)