YOGYAKARTA – Di pulau Bali, suplai air berasal dari 162 sungai yang mengalir ke laut secara terus menerus sepanjang tahun. Salah satu sungai besar, adalah Yeh Ho, yang berada di kabupaten Tabanan. Meskipun ketersediaan air tergolong cukup untuk pengairan, umumnya petani yang berada di DAS Yeh Ho belum mampu menggunakan air irigasi secara optimal sehingga efisiensi pemanfaatan air irigasi rendah, akibatnya terjadi ketidakseimbangan sungai air diantara hulu, tengah dan hilir.
Dari hasil penelitian, pemanfaatan air di kawasan DAS Yeh Ho untuk tanaman padi dengan sistim pengairan terus menerus, air yang digunakan sebanyak 28,7 kubik air per hektar, pengairan 4 hari sekali menghabiskan air 25,2 kubik per hektar, dan pengairan 8 hari sekali menghabiskan air 22,2 kubik per hektar. Bahkan dengan pengairan terus menerus menyisakan air 69%, pengairan 4 hari sekali 72%, pengairan 8 hari sekali 76%. “Pengairan 8 hari sekali lebih banyak menghasilkan cadangan air,†kata Peneliti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali, I Gusti Komang Dana Arsana, S.P., M.Si dalam ujian promosi doktor di Fakultas Pertanian UGM, Kamis (11/10).
Menurut Dana Arsana, persentase penguapan antara pengairan terus menerus dengan pengairan 4 hari sekali dan pengairan 8 hari sekali, mempunyai nilai yang sama. “Pengairan terus menerus menghabiskan air lebih banyak dibandingkan pengairan 4 hari sekali dan pengairan 8 hari sekali,†katanya.
Sedangkan lewat pengairan 8 hari sekali menjadikan serapan hara menjadi lebih baik ditunjukkan dengan tanaman lebih sehat sehingga jumlah malai setiap rumpun lebih banyak dan bobot 1.000 butir lebih meningkat. “Hasil panennya pun yang lebih tinggi,†katanya.
Dalam ujian terbuka yang dipimpin oleh Dekan Fakultas Pertanian Dr. Jamhari, SP., MP., promovenduz dinyatakan lulus dengan predikat cumlaude. Bertindak selaku Promotor Prof. Dr. Ir. Djoko Prajitno, M.Sc., Ko-Promotor Dr. Ir. Abdul Syukur, SU., dan Dr. Ir. Heru Hendrayana. (Humas UGM/Gusti Grehenson)