Gula kelapa organik berhasil menghantarkan empat mahasiswa Fakultas Pertanian UGM meraih juara II dalam Youth Agrotechnopreneurship Competition (YAC) IPB 2012 yang digelar 5-7 Oktober lalu. Mereka adalah Zesy Ayu Tri Astuti, Yuli Eko Riyanto, Fathin Nabihaty, dan Nungky Hariyati yang tergabung dalam tim wirausaha mahasiswa Gendhis Ganis.
Keempat mahasiswa tersebut mengembangkan produk gula kelapa organik tanpa menggunakan pengawet buatan sehingga aman bagi kesehatan. Mereka memakai ekstrak daun sirih sebagai bahan pengawet gula kelapa.
Tergerak mengembangkan pengolahan gula kelapa organik karena merasa prihatin terhadap banyaknya gula kelapa di pasaran yang mengandung pengawet kimiawi. Hasil survey di sejumlah sentra industri gula kelapa di DIY-Jawa Tengah menunjukkan bahwa kebanyakan gula kelapa yang dipasarkan menggunakan natrium metabisulfit untuk mengawetkan nira.
Zesy mengatakan penggunaan natrium metabisulfit memang diijinkan apabila digunakan sesuai dengan aturan yang ditetapkan pemerintah. Kendati begitu, kontrol sulit dilakukan karena terdapat kecenderungan penggunaan pengawet buatan secara berlebihan di tingkat penderes sehingga produk yang dihasilkan dapat membahayakan kesehatan apabila dikonsumsi dalam jangka waktu yang panjang. “Oleh sebab itulah kami berupaya mengembangkan pengolahan gula kelapa tanpa pengawet kimia yakni dengan ekstrak sirih yang tentunya aman bagi kesehatan,†jelasnya.
Pemilihan daun sirih sebagai bahan pengawet dikarenakan didalamnya mengandung komponen bioaktif berupa senyawa fenolik yang berfungsi sebagai antibakteri. Sifat antibakteri inilah yang menjadikan daun sirih sering digunakan untuk bahan pengawet makanan. “ Hasilnya gula kelapa yang diproduksi kualitasnya lebih baik dari segi rasa, aroma, khasiat dan daya simpannya,†ujarnya.
Selain hal itu, lanjutnya, daun sirih tidak bersifat higroskopis sehingga gula kelapa yang dihasilkan menjadi lebih awet. Dengan penambahan ekstrak daun sirih dapat meminimalisir kadar air dalam gula.
Disebutkan, dalam proses produksi mereka menjalin kemitraan dengan beberap penderes gula kelapa rakyat serta merintis agrotechnopreneurship gula kelapa. Disamping untuk mencapai kapasitas produksi yang mampu memenuhi permintaan pasar, mereka berharap dapat memperbaiki bargain position gula kelapa rakyat yang belum mampu menembus pasar ekspor karena terbentur kualitas produk yang rendah.(Humas UGM/Ika)