YOGYAKARTA – Menjadi pengajar muda di daerah terpencil tentu menjadi pengalaman unik dan menginspirasi. Kendati hanya setahun, namun bagi mereka yang mengikuti program Indonesia Mengajar, akan dibuka matanya tentang keterbelakangan kondisi pendidikan di Indonesia. Mereka tidak sekedar mengajar, anak-anak muda ini diharapkan bisa mengubah mindset dan perilaku masyarakat tentang arti pentingnya pendidikan.
Salah seorang pengajar muda lulusan FEB UGM, Arif Lukman Hakim, mengajar di sebuah Sekolah Dasar, Kampung Tarak, Fakfak, Papua. Dirinya mengajar di Sekolah Dasar yang hanya memiliki dua ruang kelas. Bahkan di sekolah itu hanya terdapat dua orang guru yang harus mengajar 100 siswa. “Karena gurunya hanya ada dua, saya jadi wali kelas 4,5,6,†kata Arif dalam menceritakan pengalamannya di hadapan ribuan mahasiswa UGM dalam roadshow Indonesia Mengajar yang berlangsung di Gedung GSP UGM, Selasa sore (16/10).
Pengalaman unik selama mengajar, kata Arif, saat ia harus menjelaskan arti istilah produksi dan konsumsi kepada siswanya. Karena belum bisa dimengerti oleh anak didiknya, Arif pun tidak kehilangan ide, ia pun meminta mereka membawa buah-buahan ke kelas esok harinya. “Ada yang bawa Durian, kelapa, tebu,†kenangnya.
Yang menarik, kata Arif, sekolah tersebut persis menghadap pantai. Di halaman depan sekolah berderet nyiur pohon kelapa, rumput yang menghijau dan biru laut yang menambah pesona. Suasana itu kian menambah semangat Arif. Kendati kampung Tarak tak pernah disambungi listrik apalagi sinyal telepon.
Tapi Kini, kampung itu telah dialiri listrik dan tower seluler. Setelah Arif rajin menulis kisahnya di situs jejaring sosial. “Yang tadinya gelap kini jadi terang karena direktur PLN sempat mendengarkan talkshow saya di sebuah radio,†ungkapnya.
Setelah habis kontraknya mengajar. Arif tidak pulang sendiri ke Jawa. Dia membawa salah satu anak didiknya, Ridwan, untuk disekolahkan di Yogyakarta. Berharap kelak bisa mengenyam pendidikan yang lebih tinggi. “Karena sudah ada yang memberikan beasiswa buatnya,†kata pria kelahiran Brebes ini.
Ketua Yayasan Indonesia Mengajar, Dr. Anies Baswedan, menyebutkan sejak 2010 sudah ada 241 pengajar muda yang ditempatkan di 16 provinsi. Di setiap lokasi menurut Anies memiliki tantangan yang berbeda. “Apa yang dikerjakan pengajar muda harus memberi efek. Tidak hanya membawa ide. Tapi juga melakukan sesuatu untuk mengubah perilaku dan mindset masyarakat,†pungkasnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)