Gunung Kidul merupakan salah kabupaten di Yogyakarta yang tergolong kering. Meskipun begitu, daerah ini memiliki potensi untuk dilakukan budidaya perikanan dengan memanfaatkan air hujan.
“Wilayah Gunung Kidul bisa dikembangkan budidaya lele dumbo karena jenis ikan ini hanya membutuhkan sedikit penggantian air dan bisa hidup dengan baik di air tergenang,†kata Ir. Titik Sugiharto, M.Si., Rabu (17/10) saat melaksanakan ujian terbuka program doktor di Fakultas Pertanian UGM.
Sugiharto menuturkan wilayah Gunung Kidul cukup berpotensi untuk dikembangkan budidaya lele dumbo karena memiliki lahan budidaya yang luas. Adapun luas lahan yang bisa dimanfaatkan untuk budidaya lele dumbo adalah 146.700 hektar dari luas wilayah kabupaten Gunung Kidul sebesar 1.485,36 km persegi. Sementara prosentase lahan yang bisa digunakan untuk budidaya lele dumbo adalah 2,3% dari keseluruhan wilayah yang ada, sedangkan saat ini lahan yang dimanfaatkan baru sebesar 23.019 meter persegi. “Baru 0,16% dari luasan wilayah dengan produksi sebesar 1.412.544 kg,†jelas Sugiharto yang bekerja di Pemberdayaan Pendidik Dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Yogyakarta ini.
Menurutnya produktivitas lahan dan produksi budidaya lele dumbo di Gunung Kidul masih rendah. Dari lima kecamatan yang digunakan sebagai sampel yaitu Paliyan, Playen, Nglipar, Semin, dan Ponjong dengan luas lahan budidaya 25.679 meter persegi dengan produksi lele dumbo 764.954 kilogram, produktivitasnya hanya sebesar 1,93 kg/m2/tahun. Nilai produktivitas yang relatif rendah dibandingkan rerata luas kolam yang tersedia sebesar 146.700 hektar. “Untuk itu masih sangat dimungkinkan dilakukan pengembangan luasan lahan budidaya,†jelasnya.
Disebutkan Sugiharto saat mempertahankan disertasi berjudul “Teknologi Pemanfaatan Air Hujan Untuk Pengembangan Budidaya Lele di Kabupaten Gunung Kidul,†selain memiliki potensi lahan budidaya yang luas, wilayah Gunung Kidul juga mempunyai curah hujan yang cukup. Dari lima kecamatan yang diteliti dalam 10 tahun terakhir memliki curah hujan sebesar 1.769 mm per tahun dengan rata-rata curah hujan setiap bulan 147,32 mm yang mempunyai sebaran 5,6 bulan kering dan 7,4 bulan basah. “ Dari hasil menampung air hujan sejumlah 206.503,20 liter per tahun dari setiap rumah bisa mencukupi kebutuhan 2 kolam beton atau kolam terpal seluas 12 m persegi sedalam 80 cm untuk 5 kali siklus budidaya lele dumbo,†papar pria kelahiran Klaten, 10 Oktober 1953 ini.
Dari hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa teknologi budidaya lele dumbo yang paling produktif diterapkan di Gunung Kidul dengan memakai kolam terpal sangat maju dengan menerapkan aplikasi teknologi dalam budidaya perikanan. Budidaya dilakukan dengan memberikan pakan secara teratur 2-3 kali sehari serta memberikan pakan tambahan. Selain itu juga telah dilakukan water treatment dengan melakukan penggantian ataupun penambahan zat pengurang jamur. “Teknologi pemanfaatan air hujan dengan paket teknologi kolam terpal sangat maju sangat direkomendasikan di wilayah ini untuk meningkatkan produktifitas lahan, keuntunan pembudidayaan dan keberlanjutan produksi lele,†tuturnya (Humas UGM/Ika)