YOGYAKARTA – Pemerintah Korea siap bekerjasama dengan Indonesia untuk meningkatkan kemampuan daya saing industri nasional agar bisa bersaing dalam perdagangan global. Ditambah, kelebihan populasi angkatan kerja Indonesia merupakan potensi dalam meningkatkan daya saing. “Korea merupakan partner bagi Indonesia dalam membantu meningkatkan daya saing global,†kata Kim Youngsun dalam seminar yang membahas hubungan bilateral diplomatik Korea dan Indonesia di ruang seminar Fisipol UGM, Kamis (18/10). Turut hadir Guru Besar Hubungan Internasional Universitas Hankuk, Korea, Prof. Yang Seuang-Yoon, Presiden Asosiasi Internasional Studi Korea di Idonesia (INAKOS) Dr. Mukhtasasr Syamsuddin dan Dosen Hubungan Internasional Fisipol UGM Drs. Riza Noer Arfani, M.A.
Dia berpendapat, untuk meningkatkan daya saing, Industri Indonesia perlu meningkatkan kemampuan inovasi. Salah satunya meningkatkan nilai tambah dari komoditas barang mentah. “Yang juga tidak kalah lebih penting, pemerintah juga membuka investasi dari luar seluas-luasnya,†katanya.
Dr. Mukhtasasr Syamsuddin menyebutkan, ada sekitar 35 ribu orang Indonesia yang kini bekerja di Korea. Hal itu menunjukkan industri Korea membutuhkan tenaga kerja dari Indonesia. “Bagi Indonesia, pengiriman TKI ke Korea telah membantu pemerintah untuk mengurangi pengangguran,†katanya.
Namun yang masih menjadi persoalan, imbuh Mentasar, munculnya inkosistensi pemerintah dan industri Korea dalam memberikan jaminan bagi TKI untuk mendapatkan hak dan kewajibannya. “Seringkali pemerintah Korea mengacuhkan perlindungan hak pekerja,†ungkapnya.
Dari sisi hubungan kerjasama bilateral, Prof. Yang Seuang-Yoon, mengatakan masyarakat Korea masih berharap suatu saat semenanjung Korea kembali disatukan. Karena dari sisi budaya, bahasa dan asal-usul nenek moyang, kedua Negara tersebut memiliki kesamaan. Ia berharap Indonesia kembali berperan aktif dalam menjembatani bersatunya Korea utara dan Korea selatan. “ Saya kira, Indonesia perlu menyelenggarakan JIM (Jakarta Informal Meeting-red) yang kedua sebagai jalan keluar semenanjung Korea,†pungkasnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)