YOGYAKARTA – Sebanyak 63 ekor burung di lepas di halaman Balairung, Jumat pagi (19/10). Beberapa jenis burung yang dilepas itu diantaranya trotokan, ciblek, pleci, jalak, dan kutilang. Burung-burung itu kian menambah keanekaragaman jenis burung yang ada di lingkungan kampus UGM yang selama ini dikenal sebagai ‘rumah’ bagi burung. Adapun jumlah 63 ekor burung, bukan sembarang, sesuai dengan angka perayaan Dies UGM ke-63.
Rektor UGM Prof. Dr. Pratikno, M.Soc., Sc., mengatakan Dies ke-63 UGM kali ini mengambil tema ‘UGM sebagai cagar kebhinekaan, kebudayaan dan kepedulian’. Tema tersebut untuk menegaskan kembali UGM merupakan cerminan kebhinekaan Indonesia dan kepedulian terhadap sesama. “UGM akan selaku tetap peduli dan membuka diri untuk masyarakat,†katanya.
Menurut Rektor, UGM sebagai universitas kerakyatan tidak semata-mata diukur dalam mengelola parkir dan PKL. “PKL pun dipindah tidak dengan cara menggusur tapi (direlokasi) untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraannya,†imbuhnya.
Menandai keterbukaan UGM untuk masyarakat, kata Rektor, ditandai dengan membuka PKKH sebagai ruang publik. Ia menginginkan PKKH bisa menjadi rumah kedua bagi seniman. “Kita menjadwal seniman bisa tampil di UGM. Kita ingin PKKH seperti era tahun 70 –an, seniman belum ‘khatam’ kalau belum manggung di purna budaya (PKKH-red),†katanya.
Ketua Panitia Dies ke-63 UGM, Rizal Muntasyir, M.Hum., mengatakan serangkain kegiatan Dies, diisi dengan lomba kampus hijau, pekan budaya dan seni, olahraga, bhakti sosial, kongres pemuda, ziarah dan anjangsana. “Semuanya melibatkan empat komponen, dosen, karyawan, mahasiswa dan alumni,â€katanya.
Selain melepas 63 ekor burung, Rektor dan ketua Panitia Dies juga melepas balon berhadiah yang membawa hadiah voucher senilai Rp 1.263 000. Dalam kesempatan tersebut, Rektor juga menyerahkan bibit pohon Jati Mega kepada 18 Dekan Fakultas. (Humas UGM/Gusti Grehenson)