Dosen Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo, Ir. Asda Rauf, M.Si dinyatakan lulus dan mendapat derajat gelar doktor Bidang Ilmu Geografi UGM, setelah melaksanakan ujian terbuka di Auditorium Gedung A Fakultas Geografi UGM, Sabtu (20/10). Mempertahankan desertasi “Model Rehabilitasi Lahan Dalam Rangka Manajemen Lahan Pertanian, perempuan kelahiran Gorontalo 6 Juli 1962, ini dalam ujiannya didampingi promotor Prof. Dr. Totok Gunawan, M.S dan ko-promotor Dr. Slamet Suprayogi, M.S.
Dikatakan Asda Rauf, program pertanian yang menjadi unggulan Provinsi Gorontalo banyak menemui kendala, diantaranya kesesuaian lahan bagi pengembangan pertanian untuk tanaman-tanaman seperti jagung, padi, kelapa dan kakao. Untuk itu dibutuhkan inovasi-inovasi pertanian yang mampu mengubah kendala menjadi modal utama dalam usahatani agar dapat berfungsi optimal. “Kondisi ini perlu dipahami bersama dengan cara pendekatan penyelenggaraan pengelolaan lahan dengan pendekatan DAS, dimana harus menampung semua kepentingan di dalam, sehingga perlu suatu informasi yang lengkap dan komprehensip,” katanya.
Dalam pandangan Asda Rauf, pengetahuan dan budaya masyarakat dalam penerapan teknik konservasi tanah masih sangat minim, sehingga memerlukan upaya peningkatan. Kegiatan ini menjadi prioritas dengan cara melakukan penyuluhan intensif dibarengi pembuatan percontohan baik oleh masyarakat maupun instansi teknis. Konsep ini tentu memerlukan suatu kelembagaan baik yang dibentuk pemerintah maupun kelembagaan lokal. “Kelembagaan dalam masyarakat berupa kelompok-kelompok dibentuk berdasarkan kebutuhan, kondisi fisik lahan yang dikelola serta dukungan pendanaan dari pemerintah daerah,” imbuh Asda Rauf.
Oleh karena itu dalam pelaksanaan manajemen lahan pertanian maka model yang cocok dibangun merupakan penyempurnaan dari aturan dan sistem pertanian yang ada. Pertama adalah penyempurnaan maupun penyiapan aturan-aturan mengenai konservai tanah tingkat daerah, sebagai dukungan daerah dalam menunjang pertanian berkelanjutan. Kedua merupakan perbaikan sistem kelembagaan baik yang telah ada maupun yang belum dibentuk untuk menunjang pelaksanaan konservasi tanah, dan ketiga adalah renovasi rancangan model inovasi teknik konservasi tanah yang dibangun berpijak pada kondisi fisik lahan, sistem usahatani serta kondisi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat yang dikemas dalam materi penyuluhan yang komunikatif. (Humas UGM/ Agung)