Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (PPB) yang akhlakul karimah merupakan pendidikan yang secara berkesinambungan mengarah pada pembentukan nilai-nilai spiritual generasi muda agar mampu hidup mandiri, memiliki kepedulian lingkungan dan sosial sehingga mampu berkontribusi terhadap kelanjutan hidup generasi mendatang. Konsep PPB akhlakul kharimah inipun selaras dengan esensi pendidikan Indonesia dan pendidikan di pondok pesantren.
Menurut dosen Universitas Negeri Semarang (UNNES), Dra. Sri Ngabekti, M.S, konsep PPB akhlakul kharimah melengkapi konsep PPB yang telah ada sebelumnya dimana secara eksplisit belum menyebut pembentukan nilai-nilai spiritual. Sedangkan penekanan pada pembentukan nilai spiritual pada konsep PPB akhlakul kharaimah diharapkan menghasilkan generasi muda yang berakhlak mulia. “”Untuk mencapai generasi muda yang akhlakul kharimah diperlukan lima dimensi PPB, yakni dimensi edukasional, spiritual, lingkungan, ekonomi dan sosial budaya,” katanya di Fakultas Geografi UGM, Selasa sore (7/11) saat menempuh ujian terbuka program doktor.
Dimensi edukasional, kata Sri Ngabekti, diawali dengan pembentukan karakter Islami, diterapkan melalui kurikulum berbasis pesantren, model pendidikan dengan pendekatan humanistis (insaniyah) dan diimplementasikan pada proses pembelajaran. Aktivitas spiritual dilaksanakan sesuai perintah Al-Qur’an dan Hadits. “Dengan lingkungan belajar nyaman, sarana prasarana memadai, dan tipe kepemimpinan visioner tentu akan mampu mengemban amanah sebagai khalifatullah fi al-Ardh,” terangnya.
Mempertahankan desertasi “Konsep Pendidikan Untuk Pembangunan Berkelanjutan, kasus Pondok Pesantren Modern Selamat Kendal”, Sri Ngabekti mengungkapkan pondok pesantren memiliki kurikulum lebih fleksibel dibanding sekolah umum. PPB dapat menjadi mata pelajaran monolitik, atau terintegrasi ke dalam beberapa mata pelajaran yang relevan, sehingga praktek PPB dapat langsung teramati dalam kehidupan sehari-hari karena siswa tinggal di pondok. “Kajian teoritis tentang dimensi PPB yang telah ada belum tentu sesuai diterapkan di Indonesia yang mayoritas beragama Islam. Hal ini memungkinkan ditemukan dimensi-dimensi lainnya,” ungkap perempuan kelahiran Ponorogo, 1 September 1959.
Ekplorasi Sri Ngabekti di Pondok Pesantren Modern Selamat Kendal terkait praktek PPB menunjukkan hasil yang masih belum optimal. Oleh karena itu untuk implementasi PPB di PPMS Kendal diperlukan penataan lingkungan pondok berbasis pariwisata yang mengarah pada perkembangan pelestarian sumber daya alam seperti air, tanah dan udara melalui peningkatan pelestarian sumber daya alam hayati, dengan melakukan pembuatan sumur resapan, biopori dan pengolahan air limbah. Juga pembenahan pengelolaan sampah dengan menyediakan tempat sampah yang indah dan fungsional untuk pemilahan, membudayakan reduce, reuse dan recycle untuk seluruh komunitas pondok pesantren. “Karenanya pengembangan dimensi edukasional, wacana pelaksanaan PPB sebagai mata pelajaran khas pondok segera dapat direalisir dengan memasukkan kurikulum berbasis pesantren,” imbuh istri Drs. Purwono, ibu tiga anak ini. (Humas UGM/ Agung)