Salah satu masalah dalam pengembangan peternakan guna mendukung Percepatan Swasembada Daging Sapi dan Kerbau (PSDSK) 2014 adalah ketersediaan lahan. Perkebunan kelapa sawit melalui sistem integrasi sapi dan kelapa sawit menjadi potensi besar yang dapat dijadikan sebagai areal pengembangan sapi. “Perkebunan kelapa sawit di Indonesia sangat luas dan berpotensi diintegrasikan dengan pemeliharaan ternak, terutama ternak sapi,” papar Ir. I. Gede Suparta Budisatria, M.Sc., Ph.D di Auditorium Fakultas Peternakan UGM Rabu (7/11) pada seminar nasional “Reformasi Konsep Program Integrasi Perkebunan-Peternakan”.
Beberapa perkebunan, kata I Gede Suparta, telah menerapkan integrasi perkebunan-ternak dengan pola yang berbeda-beda. Beberapa perkebunan kelapa sawit saat inipun telah melakukan program integrasi sapi dan kelapa sawit dengan istilah SISKA (Sistem Integrasi Sapi dan Kelapa Sawit). “Berbagai kajian menunjukkan pelaksanaan SISKA mampu memberikan peningkatan produksi baik bagi perkebunan kelapa sawit maupun ternak sapi,” ungkapnya.
Seminar “Reformasi Konsep Program Integrasi Perkebunan-Peternakan” merupakan seminar dalam rangka Dies ke-43 Fakultas peternakan UGM sekaligus sebagai upaya mengevaluasi pelaksanaan integrasi yang sudah dilakukan dan berusaha mencari sistim integrasi yang tepat. Seminar hasil kerjasama Fakultas Peternakan UGM dan Bank Rakyat Indonesia menghadirkan pembicara kunci Dr. Agus Suherman, perwakilan Kementerian BUMN untuk Program Kemitraan dan Bina Lingkungan untuk Peternakan dan Perkebunan, Prof. Dr. Zaenal Bachruddin, Direktur utama PT. Widodo Makmur, Ir. Tumiyo, MBAY, Bupati Wajo, para pengusaha sapi potong, akademisi, LSM dan mahasiswa.
Agus Suherman mengatakan sesuai peraturan yang ada maka pelaksanaan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan untuk Peternakan dan Perkebunan (PKBL) merupakan kewajiban perusahaan. UU Nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas mewajibkan setiap perusahaan untuk menjalankan program tanggungjawab sosial dan lingkungan.
Menurut dia, berdasarkan undang undang tersebut maka dana yang harus dikeluarkan oleh perusahaan sebesar dua persen untuk program kemitraan dan dua persen bagi pembinaan lingkungan. Ia berharap agar BUMN dalam menjalankan program PKBL melibatkan secara aktif seluruh elemen masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya sebagai mitra. “”LSM, perguruan tingga serta lembaga masyarakat lainnya harus dilibatkan sebagai tenaga pendamping agar pelaksanan program itu berjalan dan berhasil sesuai harapan,” ujarnya.
Dekan Fakultas Peternakan UGM, Prof. Dr. Ir. Ali Agus, DAA., DEA capaian masyarakat Indonesia di bidang pangan masih menjadi persoalan besar. Terlebih fenomena global warming berdampak pada bidang pertanian, perkebunan dan peternakan. “Kita berharap Fakultas Peternakan UGM bergerak cepat, melakukan sesuatu untuk perkembangan yang diinginkan. Terlebih tidak lama lagi tahun 2014/ 2015 telah memasuki pasar bebas Asia,” katanya.
Program integrasi perkebunan sawit dan sapi sesungguhnya telah diancang sejak tahun 1989. Dengan program ini diharapkan mampu mendukung program swasembada daging tahun 2014 di Indonesia. “Kita semua berharap dengan program ini mampu memberdayakan sumber daya manusia, peternak lokal dan sumber daya alam dengan mengutamakan 3T Terluar, terdepan dan Tertinggal,” imbuhnya. (Humas UGM/ Agung)